- Foto: Mohamad Akasah
VIVA.co.id - Semakin ramainya perdagangan batu akik menjadi fenomena baru di Indonesia. Beraneka ragam jenis batu asli Indonesia dari berbagai daerah terus bermunculan saat ini.
"Fenomena ini tidak boleh dibendung, karena bagian dari ekonomi kerakyatan. Kan bangga juga kita pakai batu alam sendiri," kata Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa malam, 3 Maret 2015.
Menurut dia, fenomena ini juga terangkat karena antusiasme pencinta batu dari mancanegara sangat tinggi terhadap batu akik Indonesia.
Kondisi tersebut dipandang sebagai potensi pasar yang besar untuk perkembangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di daerah. Produk kerajinan daerah lokal bisa dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor.
"Taiwan, Korea itu sangat banyak batu akik Bacan. Ada yang di Aceh, Giok, Solar. Yang di Jabar itu juga ada," ujarnya.
Terlepas dari dampak positif yang dihasilkan, ada dampak negatif yang menjadi perhatian pemerintah mengenai fenomena ini. Salah satunya pengaruh terhadap lingkungan.
Dia minta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuat aturan jelas mengenai eksplorasi batu alam ini. Kementerian Lingkungan Hidup juga memiliki peran penting dalam hal ini.
Namun, pada tahap awal, peran pemerintah daerah sangatlah penting guna mengontrol eksplorasi di daerahnya masing-masing. "Saya mengimbau begitu. Saya dapat ke Garut kemarin, tolong nih jangan sampai lingkungan rusak. Nanti kalau ada pengrajin batu akik ke koperasi, ya kami bantu," ujarnya. (art)
![vivamore="Baca Juga :"]