Mitos Bunga Rafflesia, Dari Bokor Setan Hingga Harimau

Bunga Rafflesia Arnoldii.
Sumber :
  • Harry Siswoyo
VIVA.co.id
Papua Dilanda Hujan Es, Tiga Kampung Terancam Kelaparan
- Bunga raksasa langka Rafflesia Arnoldii memang terkenal fenomenal. Fatma nan cantik yang terkenal banyak tumbuh di Provinsi Bengkulu ini menjadi magnet wisata sekaligus kebanggaan tersendiri bagi daerah ini.

Di Daerah Ini, Magrib Tidak Boleh Menonton Televisi

Namun di balik kecantikannya tersebut, bunga ini menyimpan beragam cerita mistis dan mitos yang cukup mengerikan. Hingga kini kisah ini masih bersemayam di setiap suku asli Bengkulu yang tempatnya banyak ditumbuhi bunga raksasa ini.

Jauh sebelum nama Rafflesia populer, sejumlah suku asli yang mendiami Bengkulu, sebenarnya telah memiliki penamaan sendiri untuk bunga ini.

Di suku Rejang misalnya. Suku yang mendiami daerah perbukitan yang membentang dari kabupaten Bengkulu Tengah, Kepahiang, Rejang Lebong dan lebong ini menamakan bunga ini sebagai Bungei Sekedei atau bunga Bokor Setan dan sebagian lagi menyebutnya Ibeun Sekedei atau Cawan Hantu.

Penamaan ini merujuk dari bentuk bunganya yang menyerupai bokor atau tempat sirih. Suku ini mempercayai, bahwa bunga ini menjadi bokor sirihnya para penunggu hutan. Baik itu berupa makhluk mistis maupun hewan buas seperti Harimau.

Sebab itu, dahulunya warga suku Rejang sangat menghindari bila bertemu bunga ini di tengah hutan. "Takut terjadi bala. Karena kalau ada bunga itu di dekat desa atau di pinggir hutan, berarti ada harimau atau setan," ujar salah seorang warga suku Rejang, Ibnu Hajar.

Kepercayaan itu juga yang membuat bunga ini akhirnya berkembang baik di sejumlah kawasan hutan di Bengkulu. Mitos hantu, setan, hingga harimau begitu kuat melekat di benak suku Rejang. "Kalau ketemu, biasanya warga pasti menyingkir. Tidak akan ada yang berani mengusiknya. Warga takut ada apa-apa," ujar pria yang menjadi penjaga bunga Rafflesia di kawasan lindung ini.

Berbeda dengan penamaan di Suku Serawai. Suku asli bengkulu yang mendiami daerah selatan ini, juga memiliki penamaan unik untuk bunga raksasa ini.

Disini mereka mengenalnya dengan sebutan, Begiang Simpai, atau bunga monyet. Penamaan ini, merujuk pada keanehan bunga ini yang tumbuh tanpa musim.

Ketiadaan daun dan akar yang jelas dari bunga ini, membuatnya menjadi bunga mistis. Karena itu, sebagian warga menyimpulkan bahwa bunga ini selain milik penunggu hutan, juga bunga yang muncul karena sisa makanan monyet.

"Umumnya warga Suku Serawai, tidak akan mengusik bunga ini. Karena percaya bunga ini, kalau tidak membawa keberuntungan pasti membawa kesialan," ujar Thamrin, salah seorang warga Desa Lubuk Resam Kabupaten Seluma.

Bunga Unik

Sementara itu, salah seorang peneliti Rafflesia dari Universitas Bengkulu, Agus Susatya, menyebutkan bahwa fatma langka ini memang dikategorikan tumbuhan unik.

Bentuk bunganya yang tak berakar, berbatang dan berdaun ini, membuatnya begitu unik. Hebatnya lagi, bunga ini bertahan hidup dengan memanfaatkan kuncup bunganya dengan menghisap sari makanan hasil fotosintesa dari tumbuhan inangnya.

Tumbuhan induk atau yang kerap menjadi inang dari Rafflesia, lanjut Agus, umumnya adalah tumbuhan berkayu merambat. Tercatat setidaknya ada sepuluh jenis pohon yang biasa dijadikan inang oleh Rafflesia, yakni T. tuberculatum,  T. papillosum, T. curtisii, T. pedunculare, T. quadrangulum, T. scortechinii, T. diepenhorstii, T. T. loheri dan harmandii.

"Bunga ini memiliki siklus hidup mencapai lima tahunan dan cuma memiliki masa mekar dari 3 hari hingga 8 hari," ujar Agus.

Bunga Rafflesia yang mekar, umumnya akan mengeluarkan aroma bangkai seperti daging busuk. Aroma inilah yang kemudian memancing lalat dan serangga lainnya untuk penyerbukan. Setelah itu, mahkota bunga pun membusuk.

Namun bagian dasarnya akan membentuk buah dan biasanya ini akan menjadi benih yang kemudian dimakan oleh sejumlah binatang hutan seperti musang, tupai atau landak. "Sebab itu, bunga ini begitu unik dan mengagumkan," ujar Agus.

Sejauh ini, perkembangbiakan bunga Rafflesia di Bengkulu mulai terasa mengkhawatirkan. Tangan-tangan jahil dan desakan pembukaan hutan menjadi ancaman serius dari keberadaan habitatnya.

Bunga ini bisa dikunjungi di pada awal tahun atau akhir tahun di sejumlah kawasan hutan di Bengkulu. Biasanya, bunga ini mekar nyaris serentak, terutama menjelang musim hujan.

Nama Rafflesia dipopulerkan oleh  Joseph Arnold. Ahli botani Inggris yang tiba di Bengkulu pada 1818 namun ia belum menamakannya, baru pada tahun 1820,  ahli tumbuh-tumbuhan Inggris Robert Brown memberi nama Rafflesia arnoldii.

Nama itu untuk penghormatan kepada Gubernur Inggris di Bengkulu dan Joseph Arnold yang menjadi penemu pertama kali bunga ini. (ren)

6 Keunikan Indonesia yang Tak Ada di Luar Negeri

Baca juga:







Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya