Membaca Gelagat Janggal Ruki di KPK

Plt Pimpinan KPK Taufiequrrachman Ruki dan calon Kapolri Komjen Badrodin Haiti
Sumber :
  • Setkab.go.id

VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo telah menunjuk tiga pimpinan baru sementara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga akhir Desember 2015. Ketegangan memang dirasa mulai menurun kendati aksi kriminalisasi terhadap pimpinan KPK non aktif lainnya masih terus bergulir.

Meski begitu, sejak munculnya ketiga pimpinan baru, Taufiequrachman Ruki, Indriyanto Seno Adji dan Johan Budi, muncul sejumlah gelagat berbeda. Dua lembaga penegak hukum, KPK dan Polri, terkesan lebih banyak bernegosiasi.

Pucuk pimpinan KPK yang didapuk pada Ruki, beberapa kali memunculkan pernyataan yang beraroma keberpihakan kepada pelemahan di tubuh KPK.

Dugaan ini pun menguat di beberapa kali penyampaian Ruki yang mewakili sikap KPK. Berikut sejumlah gelagat Ruki yang mengindikasikan kejanggalan:

Jokowi Naksir Johan Budi Sejak Lama

1. Isyarat Pelimpahan Kasus ke Kejaksaan dan Polisi

Ruki pernah menyampaikan langsung bahwa akan ada sejumlah pelimpahan kasus korupsi ke Kejaksaan Agung atau Kepolisian. Dengan begitu, akan membuka peluang terhadap sejumlah kasus yang saat ini ditangani KPK tidak akan lagi ditangani oleh penyidik KPK.

Salah satu perkara yang berpeluang dilimpahkan adalah dugaan korupsi yang melibatkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan. Tentu dengan pernyataan ini membuat bias, karena bukti yang sebelumnya telah dimiliki oleh KPK berkemungkinan mentah karena akan dilimpahkan ke polisi.

"Jika sudah matang (perkara korupsi), kita serahkan kepada Kejaksaan," ujar Ruki di KPK, Senin 23 Februari 2015.

"(Soal Budi Gunawan) Saya akan bicarakan dengan Jaksa Agung dan Kapolri bagaimana yang benar menurut hukum," ujar Ruki lagi di Istana Negara, Rabu, 25 Februari 2015.

2. Ruki Sebut Samad dan BW Tak Benar

Ruki juga sempat mengeluarkan pernyataan mengejutkan dengan menyebut bahwa Ketua KPK dan Wakil non aktif, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, sebagai dua pimpinan yang bermasalah.

Ia bahkan menyebut jika kinerja dua pimpinan sebelumnya tersebut juga belum maksimal. Banyak perkara korupsi yang mangkrak, sehingga menumpuk hingga akhir periode jabatan KPK pada Desember 2015. "Pimpinan KPK lama yang tidak benar, (sedang) yang baru kan belum kerja," kata Ruki menanggapi kinerja pimpinan KPK sebelumnya, di KPK, Rabu 25 Februari 2015.

KPK-Polri, Kabareskrim: 'Sesama Bus Kota Tidak Mendahului'

3. Ruki Kerap Diam-Diam ke Polri
Entah ada kaitannya atau tidak, pensiunan perwira polisi ini, semenjak ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Ketua KPK, ia kerap terlihat bersowan ria dengan sejumlah unsur kepolisian hingga Kejaksaan Agung.

Track reccordnya saat menjabat pimpinan KPK pada masa Presiden Megawati yang tak pernah sekalipun mengusut kasus korupsi di tubuh Polri, menjadikan dugaan ini seolah berkait.

Dari pantauan media, Ruki sempat terlihat pada Rabu malam, 25 Februari 2015, menyelinap masuk ke Bareskrim Polri. Pertemuan lewat pintu khusus yang terhubung langsung ke ruang Kabareskrim Komjen Pol Budi Waseso itu menyimpan sejumlah misteri.

"Acaranya koordinasi lanjutan. Koordinasi tentang kerjasama KPK-Polri," tutur PlT Pimpinan KPK Johan Budi, Kamis 26 Februari 2015.

Peneliti Indonesia Corruption Watch, Emerson Yuntho, sempat mencium gelagat itu sebagai sesuatu yang janggal. "Orang akan curigai, mereka masuk menyelamatkan kasus atau bukan. Atau jangan-juga bukan untuk menyelamatkan KPK," ujar Yuntho.

Baca juga:

Pimpinan KPK Kunjungi Mabes Polri, Mau Eratkan Kerjasama
Gedung KPK di Jakarta

Perwira Menengah Polda se-Indonesia Datangi KPK

Mereka dipimpin langsung Kepala Divisi Hukum Mabes Polri.

img_title
VIVA.co.id
25 Februari 2016