Sumber :
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA.co.id
- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, menilai upaya pemberantasan korupsi di Tanah Air menghadapi banyak rintangan. Dia pun mengimbau masyarakat berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan kepada aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya.
Mahfud, dalam kicauan di akun Twitter miliknya, @mohmahfudmd, pada Selasa, 24 Februari 2015, mengibaratkan upaya pemberantasan korupsi dengan lagu Bengawan Solo. Semula terdengar merdu, namun lama-kelamaan menjenuhkan karena tak ada yang mendengarkan. Begitu juga dengan desakan atau tuntutan pemberantasan korupsi, yang semula terdengar gegap-gempita tapi perlahan cenderung mengendur.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Mahfud, dalam kicauan di akun Twitter miliknya, @mohmahfudmd, pada Selasa, 24 Februari 2015, mengibaratkan upaya pemberantasan korupsi dengan lagu Bengawan Solo. Semula terdengar merdu, namun lama-kelamaan menjenuhkan karena tak ada yang mendengarkan. Begitu juga dengan desakan atau tuntutan pemberantasan korupsi, yang semula terdengar gegap-gempita tapi perlahan cenderung mengendur.
"Meneriakkan berantas korupsi kadang spt meng-ulang2 lagu Bengawan Solo. Mula2 merdu dan asyik, tapi lama2 jenuh karena tak didengarkan,” kata Mahfud yang juga Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Ia juga mengibaratkan seruan pemberantasan korupsi meminta tolong seseorang untuk mengantar surat kepada kekasih. Sialnya, kekasih tercinta malah diambil si pengantar surat.
"Mengajak berantas korupsi kadang spt minta tolong seseorang utk ngantar surat pd kekasih. Kekasih tercinta malah diambil si pengantar surat,” katanya.
Mahfud MD sempat digadang-gadang diajukan sebagai Pelaksana Tugas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun, ia menolak dengan alasan tidak bisa karena sudah menandatangani kontrak akademis yang tak bisa dikesampingkan. (one)
Baca berita lain:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Meneriakkan berantas korupsi kadang spt meng-ulang2 lagu Bengawan Solo. Mula2 merdu dan asyik, tapi lama2 jenuh karena tak didengarkan,” kata Mahfud yang juga Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
