Gajah Mati Tak Meninggalkan Gading

Rekonstruksi Pembantaian Gajah
Sumber :
  • Antara/Wahyudie
VIVA.co.id
Sampel DNA Ikan Aneh di Minahasa Dikirim ke Eropa
- Darah segar menggenang bercampur aroma bangkai mencekat, menyeruak di dalam kawasan hutan Mandau, Bengkalis, Riau. Di antara pepohonan terlihat seekor gajah bertubuh besar terbujur kaku.

Petugas Bongkar Praktik Penjualan Satwa Langka di Surabaya

Kepalanya bersimbah darah setengah terbelah. Gadingnya raib. Hanya gerombolan lalat mengerubung bangkai gajah malang ini.
Bandar Satwa Dilindungi Diringkus Petugas


Ibarat pepatah, gajah di pelupuk mata tak terlihat, semut di seberang lautan terlihat, pemandangan itu langsung berkait. Soalnya bukan apa, bagaimana bisa mamalia terbesar itu bisa dihabisi sedemikian rupa tanpa ketahuan.


Penangkapan sindikat pembantai gajah di Riau dan Bali oleh Kepolisian Daerah Riau baru-baru ini, menjadi bukti kecolongan keberulangan kasus pembantaian gajah Sumatera
(Elephas maximus sumatrensis).


Merujuk catatan organisasi konservasi alam, World Wildlife Fund (WWF), di Riau selama lima tahun terakhir sudah ada 76 ekor gajah yang ditemukan mati. Mayoritas kematiannya ditengarai karena konflik dengan petani dan perburuan gading.


Menurut juru bicara WWF, Syamsidar, angka kematian binatang dilindungi itu ironisnya menunjukkan peningkatan setiap tahun. Tercatat pada 2010, terhitung ada 13 ekor gajah mati, 2011 ada 10 ekor, 2012 ada 15 ekor, 2013 ada 14 ekor dan 2014 ada 24 ekor.


"Gajah liar ada yang dianggap hama, lalu diracun. Ada juga yang memang sengaja untuk berburu gading untuk dijual," ujar Syamsidar.


Gajah Sumatera merupakan salah satu subspesies dari gajah Asia (Elephas maximus). Hewan terbesar di darat yang memiliki bobot hingga 8 ton itu sudah sejak 1986 ditetapkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dilabeli status sebagai critically endangered, atau hewan yang populasinya terancam punah.


Seekor gajah Sumatera, rata-rata memiliki tinggi antara 1,7 meter hingga 2,5 meter. Bobotnya yang besar dan berlemak, memaksa gajah harus melakukan aktivitas fisik dengan menjelajah.


Dalam sehari, mereka setidaknya harus berjalan hingga 20 kilometer dan memenuhi pakan sekurangnya 10 persen dari berat badan mereka dan mengkonsumsi air hingga 180 liter per hari.


Daya jelajahnya yang luas inilah yang terkadang dinilai menggangu manusia. Sebab dengan hidup berkelompok antara tiga hingga 20 ekor gajah, gerombolan ini memang menakutkan bila memasuki areal perkebunan penduduk.


Kini populasi gajah Sumatera terus menyusut. Aksi pembunuhan dan pengurangan luasan habitatnya menjadi ancaman paling serius. Sebagai binatang yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.


Keberadaan gajah wajib dijaga semaksimal mungkin. "Gajah Sumatera terancam punah dalam 30 tahun ke depan bila tidak ada langkah serius dari pemerintah," tulis WWF.


Baca berita lain:




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya