Mobil Hibrida Buatan SMK Malang Jalan Terus Meski Dilupakan

Mobil Hibrida Buatan SMK Malang Jalan Terus meski Dilupakan
Sumber :
  • D.A. Pitaloka/Malang

VIVA.co.id – Sudah lebih sebulan terakhir mobil bertenaga listrik dan surya, Suryawangsa Arjuna 4.0, keluar masuk dari garasi SMK Muhammadiyah VII, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Setelah uji coba jalan  dengan rute Jakarta-Malang pada Desember 2014, mobil itu banyak menarik minat tamu sekolah. Ditambah sudah dicoba Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Baswedan.

Mobil yang belum mengantongi izin dari Kementrian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian serta keterangan laik jalan dari Kementrian Perhubungan, mulai banyak dipesan berbagai lembaga berbeda. Namun kebijakan pemerintah kini mulai melupakan prestasi mobil listrik kreasi anak bangsa itu.

“Setelah test drive (uji coba) dari Jakarta ke Malang akhir Desember kemarin, banyak yang tertarik membeli mobil kita. Mobil ini juga ditetapkan jadi proyek percontohan untuk prototipe mobil bertenaga surya di tingkat SMK secara nasional,” kata Ahmad Muhtadi, Project Leader Suryawangsa Arjuna, di Malang, Senin, 9 Februari 2015.

Mobil Suryawangsa Arjuna 4.0 banyak menarik minat penyuka mobil ramah lingkungan. Meski bukan yang pertama, mobil yang menyerupai bentuk miniwagon itu punya beberapa kelebihan yang belum banyak dimiliki mobil bertenaga listrik dan surya kreasi anak bangsa.

“Surya artinya matahari, wangsa artinya keluarga. Selain bertenaga baterai, mobil ini juga pakai empat penampang solar cell (tenaga surya) dengan kapasitas maksimal 4000 watt,” ujar Muhtadi, yang juga guru Teknik Kendaraan SMK Muhammadiyah VII.

Cara kerjanya, penampang solar cell akan membantu memberikan daya lebih terhadap delapan baterai berkapasitas 225 Ah yang mampu menghasilkan daya hingga 20 ribu watt. Sementara motor Arjuna hanya membutuhkan daya sebesar 4000 watt untuk mulai melaju.

Dengan delapan baterai terpasang dan penampang tenaga surya, mobil listrik DC ini bisa melaju hingga 100 kilometer dengan kecepatan maksimum 60 kilometer per jam sebelum habis daya. “Jakarta ke Malang bisa kita tempuh sekitar empat hari total. Kalau mengandalkan solar cell saja harus kena panas sampai delapan hari. Jadi selama ini tenaganya kami gabung, antara baterai arus listrik DC dan tenaga surya, dia mobil hibrida,” jelasnya.

Selain menggunakan tenaga hibdrida, Arjuna juga punya tampilan trendi. Dashboard Arjuna tak jauh berbeda dengan dashboard mobil keluarga jenis LCGC yang memenuhi pasaran Indonesia saat ini.

Miris, Nasib Mobil Off-road Buatan Indonesia

Perangkat DVD Player dengan monitor berukuran 7 inci bisa menampilkan pandangan kamera belakang ketika mobil sedang berjalan mundur. Mobil dengan sistem matik ini dilengkapi tuas sederhana di bawah kemudi yang bisa digeser ke belakang untuk berjalan mundur, geser ke tengah untuk posisi netral dan tarik ke depan untuk berjalan.

Kelebihan lain,mobil dengan nama seri gunung di Malang itu, mampu mengangkut empat penumpang dan satu sopir. Pembuatnya sengaja mendesain Arjuna untuk mobil transportasi dalam kota dengan kapasitas lebih banyak.

“Ini adalah generasi lanjutan dari mobil listrik Suryawangsa Semeru 3.5, mobil dengan kapasitas dua orang buatan tahun 2012. Arjuna dibuat sekitar lima bulan dan beroperasi dengan baik saat test drive jarak jauh Desember kemarin,” katanya.

Ide dari Menteri

Lahirnya Arjuna, menurut Muhtadi, tak lepas dari ide dan saran yang dilontarkan Menteri BUMN di era Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan. Tahun 2012, menteri yang getol mengembangkan mobil listrik itu sempat mencoba Suryawangsa Semeru dari Pakis menuju Bandara Abdulrahman Saleh.

Dari percakapan sekitar tiga puluh menit di dalam mobil itu, Muhtadi menerima banyak masukan berarti yang menjadi cikal bakal Arjuna.

“Yang paling penting adalah kapasitas penumpang harus lebih besar, bentuknya lebih cantik dan mudah diaplikasikan,” terangnya.

Masih banyak hal yang harus dibenahi dari Arjuna. Di antaranya, harga yang masih tergolong tinggi dan masa produksi yang mencapai lima bulan. Mobil dengan dimensi panjang 3,5 meter, tinggi 2,2 meter lebar 1,6 meter dan berat 850 kilogram itu menghabiskan anggaran sekitar Rp150 juta mengingat beberapa bagian pentingnya harus dipesan dari Amerika, China dan Jepang.

“Baterai pesan dari Amerika dan Korea dengan harga Rp 2,4 juta per buah. Kontrolernya yang mengatur daya yang keluar dan putaran motor juga pesan dari Amerika dengan harga Rp15 juta. Motornya pesan dari Jepang harganya Rp60 juta. Selain mahal, barangnya juga tak bisa langsung datang di Malang. Butuh waktu rata-rata dua minggu untuk pengiriman,” jelasnya.

Lamanya masa produksi juga disebabkan belum adanya tenaga pabrik yang khusus bekerja untuk merakit mobil. Seperti halnya Semeru, Arjuna adalah proyek pembelajaran yang dikerjakan tenaga pendidik dan siswa jurusan otomotif di SMK dengan berbagai peralatan sederhana.

Pabrik Dibangun, Jokowi Ingin Esemka Cepat Dijual Massal

Arjuna digarap 25 siswa dan alumni yang menjadi pengajar di sekolah itu. Sementara semua bagian mobil dikerjakan sendiri, mulai dari perakitan mesin hingga membuat badan mobil hingga utuh, secara manual.

Mobil tanpa emisi

Salah satu siswa yang terlibat adalah Mario Andrianto, siswa kelas 12 Jurusan Teknik Sepeda Motor. Siswa ini sukarela ikut lembur di luar jam kelas demi menambah pengetahuannya sendiri. Dia mengaku bangga bisa ikut berpartisipasi dalam proyek yang disebutnya ramah lingkungan.

Siswa berusia 19 tahun ini juga gembira ketika karyanya diapresiasi Menteri Anies Baswedan saat dipamerkan di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jakarta akhir Desember 2014. “Saya ingat beliau bilang suaranya halus, interiornya bagus karena ada rear camera-nya (kamera belakang),” kata Mario.

Mario, yang berancang-ancang kuliah di Institut Teknologi Surabaya, sangat terkesan dengan produk industri yang berguna sekaligus ramah lingkungan dan tidak menyumbang percepatan pemanasan global. Jika telah jadi sarjana, dia bercita-cita untuk terlibat dalam proyek industri serupa, yang ramah lingkungan dan tak berdampak pada pemanasan global.

“Mobil listrik ini tanpa emisi, pendinginnya tidak pakai freon. Saya yakin banyak SMK lain bisa membuat mobil seperti ini. Pemanasan global bisa dicegah jika banyak warga pakai mobil listrik ini,” sebutnya.

Esemka Siap Produksi Massal, Investasinya Triliunan Rupiah

Bidik pasar khusus

Sayangnya, harapan Mario dan kawan-kawan tak bisa segera terealisasi. Ada banyak kendala di perizinan yang harus bisa dipenuhi sebelum Arjuna dan mobil listrik lain bisa melaju bebas di jalan raya. Apalagi, kebijakan Presiden Jokowi hingga kini belum menyentuh industri mobil listrik kreasi anak bangsa. Tapi cita-cita dan produksi mobil listrik di SMK Muhammadiyah VII terus melaju.

“Ada sepuluh pesanan yang masuk dari berbagai instansi, rata-rata untuk dipakai di kalangan internal mereka. Untuk wisata agro, rumah sakit, perumahan dan sekolah,” kata Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah VII, Pahri.

Pesanan yang masuk juga beragam. Ada yang meminta mobil dengan kapasitas dua orang namun ada pula yang meminta mini bus dengan kapasitas 16 penumpang. Semua akan ditindaklanjuti dengan kerja sama antara sekolah dan instansi pemesan.

Kini, sekolah swasta itu juga sedang menyiapkan lahan untuk membangun pabrik yang akan menampung lulusan sekolahnya sebagai tenaga kerjanya. Mereka yakin, jika dipasarkan dalam jumlah banyak ongkos produksi akan ikut turun.

“Kita tidak akan berdiam diri sambil menunggu izin tuntas. Kemarin sudah ada dukungan lisan dari Menteri Perindustrian Saleh Husin. Juga dukungan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Tinggal dari Menteri Jonan (Ignasius Jonan) yang belum bertemu,” kata Pahri.

“Sementara itu kami melayani pesanan khusus sesuai permintaan dengan penggunaan di lingkungan terbatas,” imbuhnya, sambil berharap Presiden Jokowi mengeluarkan kebijakan nyata mendukung proyek mobil ramah lingkungan hasil karya sendiri. (ren)


Baca berita lain:

Mobil Komodo. Foto: Dian Tami/VIVA.co.id

Dijual Rp80 Jutaan, Mobil Buatan Indonesia Terbilang Murah

Mobil bernama Komodo ini dibuat di Cimahi, Jawa Barat.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2016