Penyelam Tradisional Telanjang Dada Evakuasi Jasad AirAsia

Penemuan Badan Utama Pesawat AirAsia QZ8501
Sumber :
  • REUTERS / Handout via Kementerian Pertahanan Singapura

VIVA.co.id - Badan SAR Nasional membuktikan diri mereka bahwa keterbatasan bukan sebuah halangan untuk bisa memenuhi harapan keluarga para korban pesawat AirAsia QZ8501 untuk dapat bertemu dengan para korban.

Awal Februari 2015 menjadi waktu di mana Basarnas di bawah komando Marsekal Madya FHB Soelistyo dapat membuktikan bahwa meski hanya mengandalkan penyelam-penyelam tradisional, tim operasi kemanusiaan AirAsia QZ8501 dapat mengangkat tubuh-tubuh korban AirAsia QZ8501 dari dasar laut Selat Karimata.

"Sejak hari pertama operasi lanjutan pencarian dan penyelamatan digelar, Sabtu 31 Januari 2015, penyelam kami yang terdiri atas penyelam tradisional berhasil menemukan jasad-jasad saudara kita dari dasar laut," kata Direktur Operasi Basarnas, SB Supriadi saat berbincang dengan VIVA.co.id, Rabu 4 Februari 2015.

Setidaknya hanya berbekal alat seadanya, tim penyelam tradisional yang beranggotakan penyelam-penyelam lokal dari Pangkalan Bun dan Batam telah berhasil mengevakuasi 13 jasad dari dalam badan AirAsia QZ8501 ke kapal Basarnas KN Pacitan.


Basarnas terpaksa mengerahkan kemampuan penyelam-penyelam tradisional berjuang melawan ganasnya arus Karimata. Karena, sejak Selasa 27 Januari 2015 melalui pernyataan resmi Panglima Armada Barat, Laksamana Muda TNI, Widodo, kekuatan TNI telah ditarik.

"Sesuai dengan arahan Panglima TNI, untuk satuan tugas SAR seluruhnya kembali ke homebase masing-masing," kata Panglima Armada Barat, Laksamana Muda TNI, Widodo.



Jika dibandingkan dengan penyelam yang dimiliki TNI, tentu kemampuan penyelam tradisional belum dapat melebihinya. Karena, secara teori, penyelam tradisional bukanlah penyelam yang lahir dari pusat pelatihan penyelam.

Mereka hanyalah penyelam lokal dengan kemampuan dan keahlian menyelam yang mereka pelajari sendiri dari alam dan instruktur penyelam lokal yang belum tentu sudah ternama.

Airbus Juga Bersalah pada Jatuhnya AirAsia QZ8501

"Mereka menyelam dengan bertelanjang dan alat seadanya. Apakah mereka punya tabung udara menyelam yang canggih, silakan lihat sendiri bagaimana mereka menyelam di sini," ujar SB Supriadi.

Meski harus bertaruh nyawa, bertelanjang dada menahan dingin dan derasnya arus bawah laut, tak ada rasa takut dan pamrih. Penyelam tradisional seolah memiliki kekuatan tak terkira untuk dapat membawa pulang satu per satu korban yang sudah cukup lama terjebak di dalam badan bangkai Pesawat AirAsia QZ8501.

Hanya satu hal yang bisa mengalahkan keinginan dan tekad kuat Basarnas untuk memenuhi harapan keluarga korban, yakni waktu.

Keterbatasan personel, dana, alat dan armada hanya sebagai kerikil kecil bagi tim operasi kemanusian lanjutan untuk dapat meneruskan fase demi fase dalam akhir perjalanan panjang AirAsia QZ8501.

Masih sangat lekat di ingatan seluruh masyarakat Indonesia serta keluarga korban bagaimana seorang FHB Soelistyo berani menyatakan melanjutkan kembali operasi kemanusiaan AirAsia QZ8501 di tengah seluruh kekuatan TNI sudah ditarik dari Karimata.

"Sepanjang saya masih sebagai kepala Basarnas, operasi SAR AirAsia tetap berlanjut," kata Kepala Basarnas, Marsekal Madya, FHB Soelistyo dalam jumpa pers di kantor Basarnas, Jakarta, Rabu 28 Januari 2015.



Selamat berjuang Basarnas. Bangsa ini menaruh amanah korban AirAsia QZ8501 di pundak pejuang-pejuang operasi SAR lanjutan.

Berita Populer AirAsia QZ8501:






Badan Pesawat AirAsia Tiba di Jakarta

Setahun Tragedi AirAsia QZ8501 Diperingati di Surabaya

CEO AirAsia Group Tony Fernandes diinformasikan menghadiri acara ini.

img_title
VIVA.co.id
28 Desember 2015