Cangkul, Doa Baidhowi dan Wisudawan Terbaik

Baidhowi dan Aminah, orang tua Siti Afida.
Sumber :
  • Dwi Royanto

VIVA co.id - Hidup dalam keterbatasan tak sekalipun mematahkan niat dan semangat Baidhowi untuk selalu berdoa agar putri pertamanya, Siti Afida (22), berhasil menyelesaikan studinya. Meski untuk menjalani kehidupan sehari-harinya, aral dan rintangan selalu menjadi hambatan.

Rupanya bekal doa dan harapan Baidhowi dan sang isteri Aminah didengar oleh Tuhan. Afida didapuk menjadi wisudawan terbaik Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Kamis 29 Januari 2015 kemarin.

Tekad dan kerja keras Baidhowi rupanya menjadi modal utama Afida memperoleh gelar fantastis di kampusnya. Hidup dengan apa adanya, bapak dua anak itu kini terus berharap anaknya tidak bernasib sama seperti orang tuanya.

Baidhowi adalah seorang petani penggarap yang dibilang hidup serba kekurangan. Saban hari, hidupnya ditemani sebatang cangkul untuk alat menggarap lahan tetangganya di Desa Brangsong, Kendal, Jawa Tengah. Penghasilan sebagai petani penggarap bahkan nyaris tak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Apalagi menyekolahkan kedua anaknya. Adik Afida yang lulusan SMA kini sedang menggali ilmu di salah satu pesantren di Kendal.

Rumah sederhana, tepatnya di RT 12 RW 05, Kecamatan Brangsong, Kendal bahkan menjadi saksi tentang perjuangan keras keluarga yang dihuni empat orang itu. Sebagai petani yang tidak memiliki tanah sepetak pun, bapak dua anak itu mengaku harus kerja ekstra untuk mencukupi hidup. Tanah seluas 2.000 meter persegi milik tetangga, tak jauh dari rumahnya adalah harapan satu-satunya yang dia miliki.

"Biasanya tanah tetangga itu saya tanami padi dan sayuran. Kalau sekali panen hasilnya juga nggak tentu. Panennya empat bulan sekali, kalau dibagi hasil cuma Rp1,5 juta, " ujar Baidhowi saat berbincang dengan VIVA.co.id.

Jika dihitung rata-rata per hari penghasilan keluarga kecil ini berkisar Rp35 ribu. Tentunya tak cukup untuk menghidupi keluarga. Bahkan, kondisi sulit yang sering dialami membuat Baidhowi haru mencari penghasilan tambahan. Setiap berapa bulan sekali ia selalu menawarkan jasa memanen hasil pertanian orang di daerah lain.

"Istilahnya 'derep' di daerah lain. Biasanya di Ngawi, Kendal, Demak, Kudus. Tapi nggak tentu waktunya. Memang jika dihitung per hari kecil, tapi kami selalu syukuri nikmat Allah, " kata Baidhowi.

Mengerti hasil kerja sang suami kecil, Aminah isterinya juga ikut bekerja ekstra untuk menambah penghasilan keluarga. Selain menggarap tanah orang bersama suami, dia ikut menanam padi milik tetangga dengan bayaran Rp25 ribu.

ITS Lombakan 2 Kapal Tenaga Matahari ke Jepang

"Itu juga tidak tiap hari, karena musim tanam beberapa bulan sekali," kata Aminah mendampingi Baidhowi.

Saat mendampingi Afida yang tengah di wisuda Baidhowi dan isterinya bahkan tak kuat menahan air mata haru. Apalagi keduanya bahkan tak tahu jika putrinya menjadi wisudawan terbaik di fakultasnya.

"Tidak menyangka Afida lulus terbaik. Sebelumnya Afida tak bilang. Kami sampai 'nrocos' (menangis) waktu Afida maju di depan, " katanya.

Berkali ulang rasa syukur itu keluar dari mulut Baidhowi dan isterinya tatkala berbincang bersama VIVA.co.id di sebuah ruang kecil samping Aula Kampus III UIN Walisongo. Keduanya selalu berharap, agar Afida bisa menjadi manusia yang selalu berguna bagi Agama dan negaranya. Meski, untuk memperoleh kepandaian itu tidaklah mudah.

"Doa kami Afida bisa merampungkan hafalannya (Hafalan Al-Qur'an). Kami sangat bersyukur pada Allah, " kata Baidhowi.

Baca juga:

Anak Pemulung Ini Berpeluang Raih S2 di Singapura

1.

2.

Anak Pemulung Raih Skripsi Terbaik di Unnes

3.

Minyak goreng

Mahasiswa Brawijaya Buat Jelantah Jadi Pengharum Ruangan

Pengharum ruangan model ini sudah dijual di pasaran.

img_title
VIVA.co.id
6 Agustus 2016