Ketegaran Ciara, Yatim Piatu di Pemakaman Korban AirAsia

Ciara Natasha
Sumber :
  • VIVANews/D.A. Pitaloka
VIVAnews
Setahun Tragedi AirAsia QZ8501 Diperingati di Surabaya
- Pemakaman ibu dan dua anak, tiga penumpang pesawat AirAsia QZ 8501, di Kompleks Pemakaman Sentong Baru Lawang, Kabupaten Malang berlangsung khidmat.

Airbus Juga Bersalah pada Jatuhnya AirAsia QZ8501

Tiga penumpang yang menjadi korban terdiri dari seorang ibu dan dua anak laki-lakinya, Indah Ju Liangsih (41 tahun), Justin Giovani (9) dan Nico Giovani (17).
Terungkap Misteri Jatuhnya AirAsia QZ8501


Dalam pemakaman tersebut hadir pula anak perempuan Indah Ju Liangsih, Ciara Natasha (15), satu-satunya anggota keluarga yang tidak berada di dalam pesawat QZ 8501 pada 28 Desember 2014.

Keluarga korban berharap, keberadaan Hermanto Tanus, suami dan orangtua korban yang juga menjadi penumpang AirAsia, bisa diketahui keberadaannya.


“Kami berharap penumpang yang lain bisa diketemukan,” kata Fany, kerabat korban di Pemakaman Sentong Baru Lawang, Minggu 11 Januari 2015.


Tiga peti jenazah tiba sekitar pukul 11.00 WIB di pemakaman, setelah berangkat dari rumah persemayaman Adi Jasa, Surabaya, pada Minggu pagi.


Tiga liang yang digali berdekatan satu dengan yang lain telah dipersiapkan sebelumnya. Berada di lereng Gunung Arjuno, makam satu keluarga itu berdiri menghadap ke arah matahari terbit.


Di sekitar makam, kerabat dan rekan korban melakukan pemberkatan jenazah. Seluruh peserta takziah kemudian bergantian menabur bunga, sebelum peti jenazah diturunkan ke liang lahat.


Tak terkecuali, satu-satunya anak korban yang selamat dari tragedi itu, Ciara Natasha. Mengenakan setelan baju dan celana warna putih, Ciara tampak tegar sepanjang proses pemakaman.


Gadis berusia 15 tahun itu terlihat sangat kooperatif dan mematuhi arahan dari pemuka agama selama proses pemberkatan jenazah. Duka hilangnya seluruh keluarganya sejak 28 Desember 2014 lalu seolah ingin disimpan dan dipikulnya sendiri.


“Ciara segera sekolah lagi. Siapa yang akan mengurus dia, akan jadi masalah keluarga kami sendiri,” lanjut Fany.


Ciara selamat dari tragedi itu lantaran gadis cilik itu sedang menuntut ilmu di Singapura. Ketika kedua orangtua dan dua saudara laki-lakinya berangkat ke Singapura menumpang AirAsia dari Bandara Juanda Surabaya pada 28 Desember, Ciara sudah ada di Singapura menanti kedatangan keluarganya dari Surabaya.


Namun, setelah pesawat dinyatakan hilang kontak, Ciara yang berduka diboyong ke Surabaya oleh AirAsia atas permintaan kerabatnya.


Dari empat anggota keluarganya yang ada di dalam pesawat itu, hanya Hermanto Tanus, ayah Ciara yang belum diketahui keberadaanya. Selain kerabat, sejumlah karyawan dari PT Bogasari Mils Surabaya, juga ikut hadir memberikan penghormatan terakhir pada keluarga Tanus.


Seperti diketahui, Hermanto Tanus disebut sebagai Vice President Finance di PT Bogasari Flour Mils. (one)


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya