Nasib Apes Calon TKI Batal ke Malaysia

Ilustrasi TKI RI di Malaysia.
Sumber :
  • Satria Lubis (Medan)

VIVAnews - Direktur Kerjasama dan Verifikasi Pelayanan Dokumen Deputi Penempatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Haposan Saragih, mengusulkan guna menanggulangi masalah penempatan TKI secara Non Prosedural di wilayah perbatasan khususnya Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, diperlukan adanya Loket Terpadu Satu Pintu (LTSP).

Menurutnya, selain itu juga melibatkan banyak instansi yang tergabung dalam satgas pencegahan tersebut. LTSP dan satgas pencegahan ini, kata dia, dikoordinir oleh Pemda Sanggau.

“Di samping itu diperlukan juga perwakilan Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), dan sarana kesehatan,” kata Haposan Saragih, melalui rilis yang diterima di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, hari ini, Sabtu 10 Januari 2015.

Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (P4TKI) Entikong, Entikong kembali mencegah keberangkatan 11 TKI Non Prosedural di Pos Lintas Batas Entikong, pada Sabtu 10 Januari 2015. Pencegahan ini dilakukan bersama kunjungan ia beserta Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Pontianak Komisaris Besar Polisi Aminudin di Entikong.

Sebelas TKI yang dicegah ini berasal dari Kabupaten Pontianak dan akan bekerja di sektor bangunan di Miri, Malaysia. “Mereka berangkat hanya bermodalkan paspor. Tanpa disertai dokumen kelengkapan untuk bekerja,” katanya.

Sementara itu Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Sanggau, Hendrikus Bambang, dalam kunjungan ke P4TKI Entikong dalam waktu yang bersamaan menyambut baik usulan Haposan Saragih mengenai pembentukan LTSP dan satgas pencegahan TKI Non Prosedural di Entikong, Kabupaten Sanggau.

“Pada prinsipnya saya menyambut baik usulan dari BNP2TKI dan akan memperjuangkan pembentukan LTSP dan Satgas. Selain itu saya berharap Pemda Sanggau berperan dalam pencegahan TKI Non Prosedural,” kata Hendrikus.

Adrianus salah satu TKI Non Prosedural, mengaku dijanjikan kerja di Malaysia hanya sebagai buruh bangunan saja.

“Saya dijanjikan bekerja oleh I sebagai buruh bangunan dengan gaji 30 ringgit Malaysia (RM).  Ada seseorang berinisial I yang membuatkan paspor serta ongkos ke Malaysia. Saya tidak keluar uang sepeserpun, semua ditanggung oleh I,” katanya.

Program Beasiswa Kuliah S1 di Jepang, Bebas Biaya dan Dapat Uang Saku Rp12 Juta Perbulan

Baca juga:

VIVA Militer: Bendera Israel

Timur Tengah Memanas, Australia Peringatkan Warganya Segera Tinggalkan Israel

Kementerian Luar Negeri Australia memperingatkan bahwa situasi keamanan dapat memburuk dengan cepat, tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024