Dokter Emy Sampai Lupa Jumlah Jasad AirAsia yang Diperiksa

Dokter Gigi Emy Sampai Lupa Jumlah Jasad AirAsia yang Ditangani
Sumber :
  • Mohammad Zumrotul Abidin/Surabaya
VIVAnews
Setahun Tragedi AirAsia QZ8501 Diperingati di Surabaya
- Salah satu di antara 242 ahli yang dilibatkan untuk mengidentifikasi jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 ialah drg Emy Khoironi SpRKG, dokter gigi yang membidangi radiologi forensik. Dia ahli yang diandalkan dalam Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur yang bertugas di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.

Airbus Juga Bersalah pada Jatuhnya AirAsia QZ8501

Saat jenazah penumpang/awak pesawat AirAsia sudah mulai sulit diidentifikasi dengan sidik jari karena rusak, peran dokter forensik gigi sangat diandalkan untuk membantu mengungkap identitas jenazah. Dokter Emy turun tangan.
Terungkap Misteri Jatuhnya AirAsia QZ8501


Perempuan yang diutus kampusnya, Universitas Hang Tuah Surabaya, itu dipercaya bergabung dalam Tim DVI bukan hanya karena keahliannya. Dia dipilih karena juga telah berpengalaman dalam tugas DVI pada beberapa bencana kecelakaan transportasi. Di antaranya, mengindentifikasi jenazah korban kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, tahun 2012, dan korban kapal imigran yang tenggelam di Cianjur, Jawa Barat, tahun 2013.

Dia mengisahkan, peran dokter forensik dalam mengidentifikasi jenazah harus ekstra hati-hati dan teliti. Seperti memeriksa gigi yang sudah menjadi bidangnya, dia harus memeriksa satu per satu gigi korban. Tak boleh ada yang terlewat. Setiap detail harus diperiksa.


“Semua gigi diperiksa. Gigi difoto kemudian dicocokkan dengan data antemortem,” katanya kepada
VIVAnews
di Rumah Sakit Bhayangkara, Markas Polda Jawa Timur di Surabaya, Jumat, 9 januari 2015.


Kalau pada gigi jenazah ditemukan, misalnya, tambalan pun harus diperiksa dan difoto. Begitu juga jumlah gigi: lengkap atau berkurang. “Selanjutnya kita minta rekam medik kepada dokter yang pernah memeriksanya semasa hidup,” kata lulusan Radiologi Forensik Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Bandung tahun 2014 itu.


Ketika ditanya sudah berapa jenazah yang dia tangani, dia mengaku lupa. Sebab saking konsentrasinya, dia tidak memikirkan sudah berapa jumlah jenazah yang dia periksa hingga hari ini, Jumat, 9 Januari 2015. “Tidak menghitung. Pokoknya dikerjakan saja kalau ada perintah giliran,” katanya.


Usia dikenali dari gigi


Dia juga menjelaskan, gigi adalah bagian tubuh yang lumayan bertahan lama. Jika sidik jari sudah rusak, peran sidik gigi juga menentukan korban bisa diidentifikasi.


“Pemeriksaan harus secara runtut. Mulai dari gigi rahang atas kanan belakang menuju depan. Lantas, gigi rahang atas kiri belakang berurutan ke depan. Begitu juga yang rahang bawah. Istilah kedokterannya itu gigi lengkap delapan belas,” ujar Dokter Emy, yang sehari ini sudah memeriksa dua jenazah korban AirAsia QZ8501.


Pemeriksaan gigi, katanya, bisa menggunakan dua alat pengambil gambar (foto) yang diebut intra oral dan ekstra oral. Untuk intra oral, alat harus dimasukkan ke mulut, sementara alat yang ekstra oral cukup dipotretkan dari luar.


“Alhamdulilah, alat di Polda Jatim ini sangat lengkap. Ada foto intra oral dan ekstra oral, sehingga memudahkan pemotretan,” kata ibu satu anak itu.


Dia juga mengatakan bahwa berdasarkan identifikasi gigi bisa diperkirakan berapa usia jenazah. Misalnya, gigi susu, maka itu masih anak-anak. Lantas jika gigi pergantian, maka jenazah beranjak remaja.


“Semua harus direkam dengan teliti. Hasil analisis ini kemudian disetorkan kepada tim yang ikut rekonsiliasi,” kata perempuan yang tinggal di Perum Pondok Wage, Sidoarjo, itu.


Emy tergabung dengan Tim DVI Polda Jawa Timur dari unsur akademik. Dia adalah delegasi dari Universitas Hang Tuah Surabaya. Ada lima yang dikirim kampusnya. Tiga bertugas di antemortem dan dua bertugas di postmortem.


“Saya dan satu dokter bedah bertugas di instalasi forensik ini,” kata dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah itu.



Baca berita lain:



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya