Kisah Wali Kota Risma Marah-marah Dibukukan

Wali Kota Risma Marah saat Kabar Niatnya Mundur Muncul di Media
Sumber :
  • Mohammad Zumrotul Abidin/Surabaya
VIVAnews
Disebut Hard Gumay Bakal Berjodoh dengan Mayor Teddy, Fuji: Aneh Banget Sumpah!
- Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengalami banyak tekanan politik sejak memimpin kota terbesar kedua di Indonesia itu. Salah satu tekanan dominan justru datang dari PDIP, partai yang mengajukan dia sebagai calon Wali Kota, empat tahun silam.

Shin Tae-yong: Percaya dan Ikuti Saya, Kita Akan ke Final

Tekanan politik kian besar kala santer terdengar kabar Risma akan mundur sebelum habis masa jabatannya pada Februari 2014.
Sejuta Pohon Hijaukan Labuan Bajo: Komitmen Pemerintah Wujudkan Green Tourism


Seorang jurnalis Kantor Berita
Antara,
Abdul Hakim, menuliskan macam-macam kisah itu dalam sebuah buku berjudul "Tri Rismaharini." Dia mendapat ide menulis buku itu karena sebagai saksi pertama yang mendengar kabar Risma bakal mundur kala itu. Dia yang kali pertama menulis kabar itu dan kemudian diikuti media massa lain, mulai lokal hingga nasional.


"Kala itu, staf Wali Kota Surabaya bertanya ke saya, siapa yang pertama kali menulis kabar itu. Saya ditelepon Bu Risma. Beliau marah-marah, sebelum saya sempat menjelaskan. Telepon ditutup. Saya coba telepon kembali tidak bisa. Alhasil, saya harus menghadap beliau di kantor," ujar Hakim di Surabaya kepada
VIVAnews,
Jumat, 19 Desember 2014.


Didampingi Sekretaris Kota dan staf Wali Kota Surabaya, Hakim menunggu Risma di depan kantor Wali Kota. "Saya sudah membayangkan kalau ditemui pasti bakal dimarahi habis-habisan sama Bu Risma.”


“Ternyata tidak sama sekali. Justru saya mendapat cerita yang sangat banyak, dalam dan luar biasa sekali," kata Hakim.


Hakim kemudian berniat menulis curahan hati Risma menjadi buku. "Karena sangat luar biasa. Termasuk kaitannya dengan alasan munculnya kabar bakal mundurnya beliau karena desakan dari mafia dan ketidaknyamannnya dengan PDIP Surabaya. Sangat riskan jika ditulis menjadi berita," ujarnya.


Setelah berdikusi dengan beberapa rekannya di
Antara,
Hakim memutuskan untuk menuliskan cerita itu menjadi sebuah buku. "Cetak pertama 2.000 eksemplar langsung habis, dan justru terjual di Jakarta," katanya.


Butuh waktu tiga bulan bagi Hakim untuk menuangkan cerita tentang Risma, ditambah sejumlah literasi dari berbagai sumber, terkait kabar niatan mundur Wali Kota, menjadi sebuah buku. (ren)


Mohammad Zumrotul Abidin/Surabaya


Baca berita lain:





Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya