Sumber :
- VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVAnews
- Korban tewas akibat meminum minuman keras oplosan terus berjatuhan. Terakhir, Rumah Sakit Umum Dr. Slamet, Garut, Jawa Barat kembali menerima tiga pasien korban minuman keras oplosan yang diduga jenis "ceribel", Sabtu 6 Desember 2014.
Ketiga pasien itu terdiri atas dua pemuda dan seorang gadis yakni, Rifal (21 tahun), Astri (20 tahun), dan Rendi (18 tahun). Ketiga orang ini mengeluhkan pusing, pandangan kabur, sesak napas, dan muntah-muntah setelah menenggak miras oplosan ceribel.
Ketiga pasien itu terdiri atas dua pemuda dan seorang gadis yakni, Rifal (21 tahun), Astri (20 tahun), dan Rendi (18 tahun). Ketiga orang ini mengeluhkan pusing, pandangan kabur, sesak napas, dan muntah-muntah setelah menenggak miras oplosan ceribel.
Baca Juga :
Ini Instansi yang Bisa Terapkan WFH 50% pada 16-17 April, Pelayanan Publik Wajib WFO 100%
Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek, mengatakan, minuman alkohol adalah hasil fermentasi yang terbuat dari biji-bijian seperti bir yang kadar alkoholnya terukur antara satu hingga lima persen atau wine yang kadar alkoholnya antara 10 hingga 20 persen. Pernyataan itu dikemukakan Nila dalam acara
Apa Kabar Indonesia Malam
di
tvOne
, Minggu 7 Desember 2014.
"Sementara itu, miras oplosan menggunakan alkohol untuk industri kosmetik, pembersih dan tidak untuk dikonsumsi," katanya.
Nila mengatakan, alkohol dengan konsentrasi tinggi yang mencapai 70 persen yang digunakan untuk membuat miras oplosan. Fermentasi, menurut Nila, terjadi di dalam tubuh dan langsung merusak organ-organ tubuh mereka yang meminum miras oplosan.
"Miras membekukan organ tubuh. Otak mengeras, aliran darah ke mata tidak ada, kemudian buta total dan ujungnya kematian," ujarnya. (art)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek, mengatakan, minuman alkohol adalah hasil fermentasi yang terbuat dari biji-bijian seperti bir yang kadar alkoholnya terukur antara satu hingga lima persen atau wine yang kadar alkoholnya antara 10 hingga 20 persen. Pernyataan itu dikemukakan Nila dalam acara