Jembatan Utama Desa di NTT Nyaris Roboh, Pemkab Dinilai Masa Bodoh

Jembatan Desa Nyaris Roboh
Sumber :
VIVAnews
Lippo Karawaci Cetak Pendapatan Rp 17 Triliun di 2023, Kantongi Laba Bersih Rp 50 Miliar
- Jembatan Wae Ara di Desa Nanga Lili, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, nyaris roboh. Sebagian besar besi gelagar jembatan yang dibangun tahun 1970 itu ambrol ke dalam sungai.

Sekjen Golkar Tegaskan Munas Tak Bisa Dimajukan Sebelum Desember 2024

Jembatan sepanjang 60 meter itu dahulu memiliki tiga tiang namun kini tersisa dua saja. Tiang tengah patah tergerus arus sungai sehingga guncangan sangat terasa setiap kali kendaraan melintas di atas jembatan.
Hasbi Hasan Dituntut 13 Tahun Bui, Pengacara: Tak Rasional, Seperti Balas Dendam


Jembatan itu dahulu menggunakan gelagar besi tapi sekarang sudah rusak semua dan patah. Masyarakat setempat secara swadaya mengganti gelar besi dengan kayu. Tapi besi-besi di bantalan kayu itu sudah berkarat dan banyak yang patah. Ada beberapa titik lobang menganga.

Berdasarkan pengamatan
VIVAnews
pada Minggu, 30 November 2014, pengemudi mobil sebelum melintas di atas jembatan harus turun dari mobil untuk merapikan lagi kayu yang berantakan dilindas kendaraan sebelumnya. Penumpang juga terpaksa turun dan berjalan hingga aspal untuk mengurangi beban.


Musim hujan adalah ancaman tersendiri bagi pemilik kendaraan, sebab kayu-kayu hasil perbaikan darurat dari warga dan pemilik truk dengan mudah terbongkar dan jatuh ke sungai. Tidak sedikit mobil maupun sepeda motor yang terperosok.


Erik, pengemudi angkutan desa (angdes) jalur Lembor-Nanga Lili, mengungkapkan, selama sebulan terakhir sudah belasan truk dan angdes terperosok karena tersangkut besi jembatan. Kata Erik, kalau sudah begitu butuh waktu lama untuk mengangkat bagian mobil yang terperosok.


“Kalau ada mobil yang terperosok, jelas tidak bisa ditarik menggunakan kendaraan lain atau derek karena bisa membongkar besi-besi jembatan. Terpaksa dengan cara manual serta butuh waktu lama sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas,” katanya.


Erik, warga yang tinggal di sekitar jembatan itu, menuturkan bahwa jembatan Wae Ara sudah rusak sejak tahun 1990-an, namun belum pernah ada perbaikan dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.


“Hampir 20 tahun kondisi jembatan seperti ini. Tapi Pemda terkesan masa bodoh. Jangankan memperbaiki, Bupati dan rombonganya setiap kali melewati jembatan ini tidak pernah turun dari mobil dan melihat kondisi jembatan. Kami sangat kecewa dengan pemimpin daerah kami,” ujarnya.


Butuh Intervensi Pusat


Camat Lembor Selatan, Nobertus Narus, mengaku sudah mengajukan permohonan perbaikan jembatan Wae Ara ke Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat. Namun, karena kondisi jembatan masuk katagori rusak parah sehingga harus dibangun jembatan baru, sementara kas daerah tidak mencukupi.


“Pembangunan jembatan baru ditaksasi mencapai Rp15 miliar . Sementara kondisi keuangan daerah tidak memungkinkan. Yang bisa menyelamatkan nasib jembatan ini adalah perhatian Pemerintah Pusat,” ujar Camat Nobertus.


Meski jembatan Wae Ara tidak berada dalam jalur jalan nasional, jembatan tersebut merupakan penghubung trans selatan antara Kabupaten Manggarai Barat dengan Kabupaten Manggarai. (ren)


Jo Mariono/Manggarai Barat



Baca berita lain:




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya