RI Peringkat Satu Kasus Anak Bertubuh Pendek di Asia Tenggara

Ilustrasi umur anak.
Sumber :
  • iStock

VIVAnews - Indonesia menempati peringkat pertama kasus anak atau balita bertubuh pendek atau stunting di kawasan Asia Tenggara. Jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun sejak 2007 sampai 2013.

Sebagaimana disampaikan Kepala Proyek Kesehatan Dasar dan Nutrisi Masyarakat Millennium Challenge Account (MCA) Indonesia, Iing Mursalin, satu dari tiga anak balita di Indonesia mengalami stunting dan mengalami proses pertumbuhan tidak normal akibat kurang gizi kronis.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar, sebanyak 36,8 persen anak Indonesia mengalami stunting pada tahun 2007, turun sebesar 35,6 persen pada 2010. Lalu naik lagi sebesar 37,2 persen pada 2013. Jumlahnya mencapai 8,81 juta anak.

"Tren kasus stunting pada tahun 2013 justru meningkat dibandingkan tahun 2012," ujar Iing di Yogyakarta, Jumat, 28 November 2014.

Kasus stunting, kata Iing, sangat berpengaruh pada kesehatan generasi penerus bangsa. Sebab anak yang mengalami stunting di usia dewasa rentan terkena penyakit tak menular, seperti jantung. Penyebab utama stunting adalah kurang gizi.

“Bukan karena tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi berimbang namun karena minimnya informasi gizi berimbang, pola makan, pola asuh, dan sanitasi yang tidak sehat merupakan faktor utama. Kasus stunting sudah dimulai sejak dalam kandungan,” ujarnya.

Di beberapa kasus, banyak ditemukan anak dari keluarga mampu justru mengalami malnutrisi. Sementara keluarga miskin, anak-anaknya sehat dan kebutuhan gizinya tercukupi.

“Gizi merupakan masalah kompleks dan sangat serius bagi bangsa kita dan diperlukan penanganan bersama. Ini bukan hanya soal kemiskinan,” kata dia.
 
Untuk mengurangi kasus stunting, MCA meluncurkan beberapa program mulai tahun 2015. Di antaranya, program gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak dihitung dari dalam kandungan. Program itu bekerja sama dengan PNPM Generasi Sehat. MCA juga akan melatih 10.800 kader posyandu.

Directur Komunikasi MCA, Farah Amini, menambahkan bahwa pada tiga tahun mendatang program difokuskan di 11 provinsi dengan angka stunting tertinggi. Meliputi 104 kabupaten/kota, 499 kecamatan, dan 1.500 desa.

Aktor Park Sung Hoon Minta Maaf ke Penonton Atas Karakter Jahatnya di Queen Of Tears

Ke-11 provinsi tersebut, yaitu Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Gorontalo, Maluku, dan Sulawesi Utara.

“Target kita, akhir tahun 2017 stunting di Indonesia berkurang 20 persen,” kata Farah.

Berisiko tinggi

Dikutip dari laman Badan PBB untuk anak-anak, Unicef.org, stunting adalah pertumbuhan terhambat (balita pendek). Stunting bukan hanya menyebabkan balita menjadi lebih pendek daripada usianya tapi juga bisa berarti anak itu menderita pengembangan terhambat dari otak dan kapasitas kognitif.

Kerusakan tubuh dan otak anak yang disebabkan stunting adalah sesuatu yang tidak dapat diubah. Kinerja anak di sekolah akan menurun, dan pendapatannya di kemudian hari. Anak stunting juga berisiko tinggi meninggal akibat penyakit menular dibanding anak lain.

Satu dari empat balita secara global terhambat pertumbuhannya karena kekurangan gizi kronis pada periode penting pertumbuhan.


Baca berita lain:



Kapuspenkum Kejaksaan Agung Ketut Sumedana

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Periksa Pegawai Kementerian ESDM

Pegawai ESDM tersebut diperiksa sebagai saksi.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024