Jokowi Blusukan Kebakaran Hutan di Riau

Presiden Joko Widodo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang
VIVAnews
YouTube Luncurkan sebuah Serial Dokumenter 5 bagian berjudul “Seribu Kartini”
- Presiden Joko Widodo akhirnya blusukan ke lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau, Rabu, 26 November 2014. Siang tadi, sekitar pukul 13.30 WIB, pesawat Kepresidenan RI mendarat di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Kedatangan Presiden dan rombongan ini molor dua jam dari jadwal semula, yang diperkirakan tiba pukul 11.30 WIB. Selain didampingi istri, turut dalam kunjungan ini Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.
Bakal Ada Adegan Ranjang Kim Soo Hyun dan Kim Ji Won di Queen of Tears?


Pelaksana Tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, langsung menyambut kedatangan rombongan Presiden beserta unsur Forkopinda Riau. Jokowi kemudian terbang menggunakan helikopter milik TNI AU menuju Kabupaten Meranti untuk memantau kondisi karhutla.


Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Nana Suparna, berharap Presiden menemukan solusi yang komprehensif terhadap persoalan kebakaran lahan dan hutan yang selama ini kerap terjadi, bukan hanya di wilayah itu tapi juga di tempat lain di Indonesia.


Menurut Nana, pelaku usaha kehutanan juga menjadi korban jika terjadi kebakaran. Dia menegaskan tidak mungkin melakukan pembakaran karena membahayakan investasi yang telah ditanam. "Tapi sayangnya, kami justru selalu menjadi satu-satunya pihak yang selalu disalahkan," katanya.


Dia menegaskan, mitigasi dan adaptasi penanggulangan kebakaran seharusnya lebih ditekankan kepada pencegahan daripada pemadaman kebakaran. Pemerintah harus berdiri di depan untuk menyosialisasikan masalah dan memperbaiki sejumlah aturan yang membuka celah pembakaran lahan oleh masyarakat. 


Celah untuk melakukan pembakaran terbatas terdapat pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. "Kearifan lokal di sini dapat melakukan pembakaran lahan dengan luas maksimal dua hektare per kepala keluarga, ini yang harus direvisi," katanya.


Lahan gambut


Sekretaris Jenderal Himpunan Ilmu Tanah Indonesia, Suwardi, menyatakan potensi kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi di tanah mineral atau tanah gambut. Namun gambut banyak disebut karena Riau didominasi lahan gambut.


"Jadi, pengelolaan lahan gambut tidak berkorelasi dengan kebakaran. Kebakaran gambut hanya menjadi akibat dari kegiatan masyarakat membuka lahan," katanya.


Menurut dia, mengidentikkan gambut dengan kebakaran sengaja dihembuskan pihak tertentu untuk membelenggu pemanfaatan sumber daya itu untuk mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Suwardi menegaskan, lahan gambut bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan menerapkan tata kelola air secara ketat. "Teknologi ekohidro menjadi solusi untuk pemanfaatan gambut," katanya.



Baca berita lain:






Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya