Ironis, Nasib "Manusia Perahu" Derawan

Nelayan tak melaut
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Saiful Bahri

VIVAnews - Utusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI didampingi petinggi TNI Angkatan Laut mengunjungi lokasi penampungan manusia perahu di Tanjung Batu, Kecamatan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Selasa, 25 November 2014.

Manusia perahu asal Malaysia dan Filipina itu ditangkap TNI AL dan Polri karena kerap mencuri hasil laut RI dan menjualnya ke kapal asing. Mereka secara sengaja mendiami satu pulau terluar Indonesia sebagai tempat tinggal sementara.

Pemerintah menduga, cara yang dilakukan manusia perahu ini merupakan modus baru negeri jiran untuk menjarah hasil laut di perairan RI, sekaligus mengambil pulau-pulau terluar Indonesia.

Saat diinterogasi, ratusan manusia perahu itu dituding pura-pura tidak mengetahui banyak hal agar tetap bisa menjarah hasil laut RI. Salah satunya dengan mengaku tidak memiliki identitas dan tidak mengetahui dari mana mereka berasal.

Sejak diamankan sembilan hari lalu, jumlah manusia kapal diamankan petugas TNI AL dan Kepolisian Tanjung Redep terus bertambah. Pada awal penangkapan jumlahnya baru 110 orang, dan saat ini sudah mencapai 544 orang.

Bursa Saham Asia Kompak Anjlok Imbas Ekskalasi Konflik Iran-Israel, BEI Buka Suara

Dari barang bukti berupa kapal-kapal yang digunakan manusia perahu itu ditemukan sejumlah barang bukti seperti tabung gas dengan merek Petronas dan menggunakan dua mata uang, Ringgit Malaysia dan Rupiah. Mereka juga membawa barang-barang yang tidak biasa dijual di Indonesia.

Satu kapal bisa diisi tujuh manusia perahu. Mereka biasa membeli BBM di Indonesia dengan harga Rp8000 per liter dengan uang Ringgit Malaysia. Begitu juga saat membeli kebutuhan pokok, mereka menggunakan mata uang Malaysia itu.

Mereka dikumpulkan di Lapangan Kampung Tanjung Batu, terdiri dari laki-laki dan perempuan, ada yang sudah berusia lanjut dan anak-anak. Kondisi mereka sangat memprihatinkan, karena tinggal hanya dengan tenda diisi beramai-ramai dan disiapkan petugas kesehatan dapur umum oleh Pemda Berau.
 
Dari beberapa manusia perahu yang diwawancarai, Philip mengaku berasal dari wilayah Sempurna, Malaysia. Dia sudah puluhan tahun hidup di laut dengan rute perairan Indonesia, Filipina dan Indonesia. Kehidupannya sangat bergantung dari menangkap ikan.

Meski begitu dia mengaku tidak pernah menjual hasil ikan tangkapannya ke Malaysia. Philip bahkan menolak saat diajak kembali ke Malaysia. Sebab saat ini, dia sudah mempunyai keluarga yang hidup di perairan Indonesia

Sementara itu, Direktur Konservasi Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kementerian KKP, Sudirman Saad menilai, keberadaan manusia perahu tetap saja mengganggu keamanan nelayan Indonesia yang berdomisili di Derawan dan sekitarnya.

Bahkan Sudirman mendapat kabar, ada dugaan, bagan-bagan nelayan Indonesia yang ada di tengah laut pernah dicuri oleh manusia perahu asal Malaysia, seperti Philip dan rekan-rekannya ini.

Menurut Sudirman, masalah manusia perahu ini nantinya akan diselesaikan secara internasional. Apalagi mereka tinggal dan melaut di sekitar Pulau Derawan yang merupakan wilayah konservasi laut nasional dan kabupaten.

"Kita tetap manusiawi memberi makan yang sebenarnya ini bukan hanya tanggung jawab Indonesia, tapi Malaysia juga punya tanggung jawab," ujar Sudirman Saad.

Dia menegaskan, pemerintah akan tetap mewaspadai keberadaan manusia perahu yang berkeliaran di perairan dan pulau-pulau terluar Indonesia. Pemerintah khawatir situasi ini bisa dimanfaatkan negeri jiran dan sebagai modus baru pencaplokan wilayah.

"Negara kita jangan sampai kecolongan, terutama pulau yang terluar ini jangan sampai diambil oleh Malaysia lagi seperti Sipadan dan Ligitan," tegasnya.

(Muhammad Tahir/tvOne Berau-Kalimantan Timur)

Baca juga:

Puji MK Persilakan Pemohon Serahkan Kesimpulan Sengketa Pilpres, Refly: Luar Biasa
Bandara di Dubai, Uni Emirat Arab (UAE), tergenang banjir 17/4

Bandara Dubai Beroperasi Kembali Setelah Banjir Bandang

Bandara utama Uni Emirat Arab (UAE) pada hari Kamis berjuang pulih usai hujan lebat yang menyebabkan banjir bandang.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024