Sumber :
- (VIVAnews/Dwi Royanto)
VIVAnews
- Sebanyak 21 ekor buaya berjenis muara air tawar menetas di Taman Margasatwa Semarang, Jawa Tengah. Kelahiran anak buaya itu menambah koleksi satwa kebun binatang terbesar di Semarang tersebut.
Anak buaya itu adalah hasil perkawinan buaya bernama Bagong (jantan, 30 tahun) dengan Kampret (betina, 26 tahun). Kampret menghasilkan 63 telur tapi yang menetas hingga kini baru 21 telur. Sebanyak 41 telur lainnya diperkirakan menetas dalam beberapa hari mendatang.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Dikompori Agar Debat Lawan Hotman Paris, Rocky Gerung: Cincin Beliau Lebih Berkilau dari Otaknya
Baca Juga :
Masih Ingat 34 Pemain Pertama Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia, Ada M Tahir hingga Andritany
Anak buaya itu adalah hasil perkawinan buaya bernama Bagong (jantan, 30 tahun) dengan Kampret (betina, 26 tahun). Kampret menghasilkan 63 telur tapi yang menetas hingga kini baru 21 telur. Sebanyak 41 telur lainnya diperkirakan menetas dalam beberapa hari mendatang.
Menurut Dokter Hewan Taman Margasatwa Semarang, Hendrik Setiawan, masa bertelor buaya muara di tempat penangkaran biasanya berlangsung tiap akhir tahun, yakni Juli-September. Setelah itu, telur akan dierami selama tiga bulan di tanah dengan suhu 33 derajat dan kelembaban 80 derajat.
Ke-21 bayi buaya yang telah menetas itu kini dipisahkan sementara dari induknya. “Karena masih punya kuning telur dan belum bisa makan,” katanya di Semarang, Selasa, 25 November 2014. Setelah satu hingga dua minggu, puluhan bayi buaya itu siap diberi makan berupa anak katak, serta dibuatkan kolam khusus dengan air dangkal.
Bayi-bayi buaya itu menambah koleksi buaya berjenis muara di Kebun Binatang Mangkang. Saat ini ada 80 ekor buaya dewasa ditambah 21 jenis buaya yang masih kecil.
"Tapi untuk bertahan hidupnya, buaya yang baru lahir agak susah, karena buaya merupakan makhluk pemangsa dan berkompetisi, sehingga pasti ada yang mati," katanya.
Hendrik menjelaskan, total seluruh satwa di Kebun Bianatang Mangkang berjumlah 60 jenis satwa dengan total 429 ekor satwa. Jumlah tersebut meningkat 29 ekor di tahun 2014.
"Penambahan satwa itu seiring lahirnya empat ekor macan, burung cendrawasih, dan 21 ekor buaya murai," ujarnya.
Baca berita lain:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menurut Dokter Hewan Taman Margasatwa Semarang, Hendrik Setiawan, masa bertelor buaya muara di tempat penangkaran biasanya berlangsung tiap akhir tahun, yakni Juli-September. Setelah itu, telur akan dierami selama tiga bulan di tanah dengan suhu 33 derajat dan kelembaban 80 derajat.
