Nelayan Terpukul Lonjakan Harga BBM Bersubsidi

Nelayan Beda dengan Petani, Tak Bisa Serta-merta Naikkan Harga Ikan
Sumber :
VIVAnews
Tentara Amerika Ditemukan Meninggal Dunia Saat Survey Medan Latihan di Karawang
- Imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sangat dirasakan oleh sejumlah nelayan kecil di Semarang, Jawa Tengah. Sebab, tingginya harga solar tak sebanding dengan hasil tangkapan ikan saat ini.

MK Sudah Putuskan, Dave Laksono Minta Tak Ada Lagi Tuduhan Politisasi Bansos

Sejumlah nelayan di kampung nelayan Tambak Mulyo, Kelurahan Tambaklorok, Semarang, misalnya. Mereka mengeluhkan harga kenaikan harga BBM di saat kondisi laut sedang tidak bersahabat memasuki musim hujan saat ini.
Perburuan Alien Belum Usai, Kawan


"Hasil tangkapan ikannya berkurang, anginnya sedang tidak baik. Bahkan, tidak menutup untuk membeli bahan bakar solar yang sudah mencapai Rp7500, " ujar Rohman, nelayan, kepada
VIVAnews
di Semarang, Jumat 21 November 2014.


Menurut hematnya, lonjakan harga solar saat ini mengharuskan para nelayan mencari sumber bahan bakar alternatif lain. Namun, karena kurangnya pengetahuan mereka memilih pasrah dengan kondisi saat ini. "Kami berharap pada pemerintah untuk mencarikan solusi, khususnya ada bahan bakar yang tidak mahal," ujar dia.


Sementara itu, Pengawas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Tambaklorok, Mario Triwibowo, mengatakan bahwa usai kenaikan BBM bersubsidi pada 18 November lalu, konsumsi solar di SPBN tempatnya bertugas menurun hingga 10 persen dibanding kondisi sebelum BBM naik.


"Mereka ingin cari alternatif sumber energi lain. Karena nelayan mengeluhkan naiknya harga Rp5.500, kini menjadi Rp7.500," ujar Mario.


Lebih lenjut, ia mengatakan, mahalnya harga solar, kini membuat nelayan kecil kini beralih membeli solar ke pengecer. Meskipun, harganya sedikit lebih tinggi, tetapi para nelayan bisa membayarnya dengan cara berutang.

Tercatat, dari 650 nelayan di wilayahnya, hanya 50 orang yang menjadi pelanggan SPBN. Sedangkan sisanya, membeli solar di luar SPBN.


"Kalau di SPBN sini kan, tidak boleh berutang. Saat ini, tercatat hanya ada 50 orang yang beli di sini," kata Mario. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya