55 Juta Warga Indonesia Masih Buang Hajat Sembarangan

Sanitasi Buruk di Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) selama ini cenderung disepelekan oleh masyarakat Indonesia. Padahal ini merupakan salah satu isu kesehatan yang yang sangat serius.

Fairuz A Rafiq Beberkan Kondisi Terkini Usai Dilarikan ke RS Bersama Buah Hati

Menurut hasil survei Levels & Trends in Chipd Mortality tahun 2014, lebih dari 370 balita meninggal di Indonesia setiap harinya dan sebagian besar disebabkan oleh diare dan pneumonia, penyakit yang sebenarnya dapat dihindari sebagai akibat dari perilaku BABS, sanitasi dan kebersihan yang buruk.

Berdasarkan data WHO/UNICEF Joint Monitoring Program (JMP, 2014), sebanyak 55 juta warga Indonesia masih memiliki perilaku BABS, yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus tertinggi kedua di dunia setelah India.

"Perilaku BABS seperti di lahan terbuka, pantai, bantaran sungai dan area lainnya membuat kotoran terekspos dan dapat mencemari air, lalat bahkan membahayakan manusia secara langsung," ujar Dr. Aidan Cronin, Ketua Program Water, Sanitation and Hygiene (WASH) UNICEF Indonesia pada acara "Peluncuran Kampanye 'Tinju Tinja' Untuk Memerangi Buang Air Besar Sembarangan di Indonesia" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 19 November 2014.

Menurut data WHO, sebanyak 88 persen angka kematian anak akibat diare disebabkan oleh kesulitan mengakses air bersih dan keterbatasan sistem sanitasi. Selain itu, sanitasi yang buruk dan BABS memperbesar risiko terganggunya pertumbuhan fisik anak sehingga tidak optimal pada usianya. Masalah kekerdilan pada anak memiliki efek jangka panjang yang mempengaruhi mereka baik secara fisik maupun ekonomi dan sosial.

Dalam hal sanitasi, pemerintah Indonesia sebenarnya telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya ialah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang menjadi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852 Tahun 2008. STBM sendiri adalah sebuah pendekatan perilaku higienis berbasis masyarakat.

"Pemerintah Indonesia cukup serius melihat hal ini. Selain STBM upaya lain yang dilakukan adalah dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).bTapi memang tantangan yang dihadapi sangat banyak," jelas Lilik Tamaya, Ketua Pelaksana program WASH UNICEF Indonesia saat ditemui di kesempatan yang sama.

Ia mengatakan bahwa kesulitan yang paling utama meningkatkan sanitasi di Tanah Air ialah kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal BABS. Menurut dia, masyarakat Indonesia masih banyak yang menganggap bahwa BABS sudah menjadi sebuah tradisi dan budaya. Padahal akibat yang ditimbulkan sangat besar.

"Selain itu di beberapa daerah kurangnya ketersediaan air bersih juga menjadi tantangan," tambahnya.

Perlu diketahui bahwa secara global, sebanyak 1,9 miliar orang di dunia sebenarnya telah memiliki akses terhadap sanitasi yang baik sejak tahun 1990. Namun, perkembangannya tidak sejalan dengan pertumbuhan populasi sehingga target sanitasi Millenium Development Goals (MDGs) sulit tercapai pada tahun 2015.

Sebanyak 82 persen dari 1 miliar orang yang melakukan BABS ada di sepuluh negara yaitu India, Indonesia, Pakistan, Nigeria, Ethiopia, Sudan, Nepal, China dan Mozambik. Angka tersebut terus naik di 26 negara di sub-Sahara Afrika walaupun angka orang yang melakukan BABS di Asia, Amerika Latin dan Karibia menurun. (ren)

Presiden Joko Widodo dan Yanda Zaihifni Ishak jadi saksi pernikahan

Momen Presiden Joko Widodo jadi Saksi Nikah Anak Wamenaker Afriansyah Noor

Presiden Joko Widodo bersama Yanda Zaihifni Ishak menghadiri acara pernikahan putri dari Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Afriansyah Noor.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024