Jurnalis Sumsel: Polisi Sudah Berubah Hadapi Pengunjuk Rasa

Bentrokan Antara Polisi dan Mahasiswa Tolak Rencana Kenaikan BBM di Makassar
Sumber :
  • ANTARA/Yusran Uccang
VIVAnews
Toyota Tarik Ratusan Ribu Unit Mobil Prius Hybrid di AS
- Para jurnalis di Sumatera Selatan mengecam keras tindakan represi aparat Kepolisian terhadap sejumlah wartawan yang meliput unjuk rasa mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan, kemarin.

Ian Wright Sebut 2 Pemain Ini Dibutuhkan Arsenal untuk Taklukkan Bayern Munich, Siapa Mereka?

Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Wilayah Sumatera Selatan menilai tak ada alasan bagi Polisi menyerbu aksi unjuk rasa mahasiswa dan melukai dua jurnalis itu. Soalnya, tak ada kondisi genting dan mengkhawatirkan dalam demonstrasi tersebut.
Balon Udara Muncul di Ketinggian 9.000 Feet, AirNav Semarang Minta Pilot Waspada


“Melihat kasus ini, dari waktu ke waktu, dalam berhadapan dengan demonstran dan jurnalis, polisi susah berubah,” kata Ketua IJTI Sumsel, Andriansyah, malam tadi.


Dia mengingatkan bahwa tindakan polisi itu telah melanggar Undang-Undang Pers karena dinilai menghalang-halangi tugas jurnalistik. Maka, pimpinan polisi harus menindak tegas dan menghukum oknum yang aparat keamanan itu.


"Kepolisian dan alat negara lainnya untuk mengedepankan sikap-sikap lebih humanis dalam penanganan unjuk rasa, baik pada pengunjuk rasa maupun wartawan. Hentikan kekerasan pada wartawan,” kata Andriansyah.


Ketua Pewarta Foto Indonesia Palembang, Mushaful Imam, mengutuk keras tindakan kekerasan terhadap jurnalis, seperti pemukulan dan intimidasi lewat ancaman dan perampasan peralatan wartawan. Kekerasan itu demokrasi karena pers adalah salah satu pilar demokrasi.


"Jadi, kami menginginkan agar kejadian tersebut tidak terulang lagi. Polisi harus segera bertindak tegas untuk mengusut kasus ini secara transparan dan hukum sesuai undang-undang yang berlaku,” ujarnya.


Dua jurnalis media nasional, Vincent Waldy (Metro TV) dan Iqbal Metayang (Koran Tempo), menjadi korban kekerasan oknum Polisi ketika melakukan peliputan unjuk rasa mahasiswa di kampus Universitas Negeri Makasar, Kamis, 13 November 2014. Mereka mengalami luka di bagian wajahnya setelah diserang Polisi. Polisi juga sempat merampas alat kerja jurnalistik kedua wartawan itu.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya