Sammy, Pakar IT yang Tetap Bekerja Meski Didera Kelumpuhan

Menkominfo Rudiantara Kunjungi Samuel Franklyn, Pakar IT yang Lumpuh
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
MPMInsurance Ungkap Perlindungan Asuransi Kecelakaan yang Banyak Orang Belum Tahu
- Samuel Franklyn, 45 tahun terbaring lemah di atas sebuah kasur beralas tikar. Meski tulang-tulang yang melekat di tubuhnya tak mampu membuatnya tegak berdiri, tapi tidak dengan semangatnya untuk tetap tegar bekerja.

Ini Live Streaming Timnas Indonesia U-23 Vs Korea Selatan di Perempat Final Piala Asia

Pria yang akrab disapa Kokoh Sammy kini tetap bekerja sebagai programmer freelance di sebuah perusahaan software bernama Galileo Indonesia. Penghasilannya selama bekerja, diakui Sammy cukup memenuhi kebutuhan hidup bersama pengasuhnya, Monalisa. Di kontrakan berukuran 3,5 x 4 meter itu, Monalisa siap menjaga Sammy sejak pagi hingga malam hari.
THR Harus Dibayar Penuh Tak Boleh Dicicil, Menaker Terbitkan SE THR Keagamaan 2024


"Sejak lumpuh, saya merawatnya. Memberi makan, minum, dan memandikannya, serta memasang kateter untuk saluran pembuangannya," kata Mona saat ditemui di kontrakannya di Jalan Asem IV, Duri Kepa, Jakarta Barat, Rabu 5 November 2014 malam.

Kelumpuhan Sammy bermula ketika dirinya tengah menunggu taksi empat tahun silam. Sammy kala itu yang juga pegawai tetap di Galileo Indonesia tiba-tiba merasakan bagian lututnya lemas, hingga menyebabkan dirinya terjatuh. Kala itu, setelah terjatuh, dia masih bisa bangun kembali.


"Beberapa hari setelah itu, bagian perut sebelah kiri terasa kejang, saya sudah coba memijit, tapi tidak ada hasil sampai kaki saya bertambah lemas. Akhirnya saya kalau ke kantor harus memakai satu tongkat," kata Sammy.


Dua pekan absen dari pekerjaannya, pihak kantor pun memintanya untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit. Semua biaya pengobatan, kata Sammy ditanggung oleh kantor tempat dia bekerja.


"Saya kemudian dibawa ke Rumah Sakit Royal Taruma. Saat akan di MRI, lingkar badan tidak muat hingga akhirnya di CT-Scan dan ketahuan kalau tulang belakang bagian tengah sebelah kiri retak dan saraf kejepit di bagian tulang belakang," ujarnya.


Mulai saat itu, dirinya tak mampu lagi bekerja. Dokter memintanya untuk menghabiskan waktu untuk beristirahat.


Terus Bekerja


Seakan tak ingin terpuruk dalam keadaan, Sammy mencoba bangkit. Dukungan dari keluarga, kerabat terdekat, dan tekadnya yang bulat ternyata mampu memperjuangkan hidupnya.


Dengan segala keterbatasan, Sammy kembali menjalankan profesinya di bidang IT. Sejak tahun 2010 hingga saat ini, dia membuat sistem atau program diatas tempat tidurnya.


"Saya bekerja sambil tiduran, karena sudah tidak dapat duduk lagi," katanya.


Saat berbincang dengan VIVAnews, Sammy mengatakan dia bekerja sebagai programmer freelance di Gamya selama dua tahun. Kontraknya baru saja habis di bulan September.


Tak lama kemudian, dia kembali bekerja sebagai programmer freelance di Galileo Indonesia. Pria dengan berat badan 100 kg itu mendapatkan kontrak kerja selama enam bulan.


"Oleh karena itu, saya masih mau hidup. Saya akan berusaha mandiri selama mungkin. Selama masih bisa kerja, saya akan mencukupi kebutuhan sendiri. Saya akan melakukan hal itu," ujarnya.


Pernyataannya itu dilontarkan bukan tanpa alasan. Dia mengaku penghasilannya selama bekerja di Gamya sebesar Rp6 juta perbulan. Jumlah itu diakuinya masih belum menutup kebutuhan hidupnya.


"Saya bukan sekadar butuh makan. Saya butuh alat-alat kesehatan lain seperti kateter, sarung tangan, dan obat-obatan anti rasa sakit, termasuk suplemen," katanya.


Namun, dia mengaku nominal tersebut bukan dinilainya sebagai ungkapan rasa tak bersyukur. Saat ini di Galielo, penghasilannya telah mencapai belasan juta rupiah.


"Saya harus tetap rajin bekerja dan berusaha. Tapi saya juga tetap melihat batas kemampuan saya," ujarnya. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya