Logo Baru Yogya Diprotes: Terlalu Modern

Logo Baru Yogyakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Ochi April
VIVAnews
Dijagokan Wali Kota Bekasi, Jokowi Ogah Campuri Urusan Kaesang
- Rancangan grafis desain logo baru Yogyakarta dengan semboyan
Jogja Never Ending Asia
Media Asing Sebut Kebugaran Pemain Guinea Ungguli Indonesia: Mereka Tak Bertanding 3 Bulan
diprotes. Desain dinilai tidak mencerminkan Yogya dan karakter huruf tidak mengesankan Yogya yang identik dengan ketradisionalan dan Keraton.
Polisi Gelar Perkara Lagi Kasus Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Ada Tersangka Baru?

“Yang kami lihat desain malah lebih modern, tidak mencerminkan kalau Yogya adalah kampung dan Keraton," kata konsultan komunikasi visual, Sumbo Tinarbuko, kepada VIVAnews , di Yogyakarta, Jumat, 31 Oktober 2014.

Menurut Sumbo, konsep logo itu sudah bagus, tapi kurang dari sisi visual karena kesan Yogya yang berbudaya dan Keraton tidak muncul. “Bahkan kami lihat kesannya lebih modern,” ujarnya.


Ia merinci, logo tersebut lebih menjadi gambaran tentang sebuah hotel di Yogyakarta. Huruf “J” pertama yang kapital tampak seperti huruf “T”. Huruf “j” kedua tampak seperti huruf “u”. Akibatnya, kata “Jogja” pada logo itu tampak terbaca “Togua”.


Sumbo mengaku telah memprakarsai gerakan untuk mengoreksi rancangan grafis logo baru itu, yang disebut Komunitas Jogja Darurat Logo, terdiri atas sejumlah seniman dan desainer grafis di Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa gerakan itu murni untuk memperbaiki demi tetap terjaganya citra Yogyakarta sebagai kota budaya.


Komunitas Jogja Darurat Logo, kata Sumbo, sedang menyiapkan pembacaan ulang logo, dan kemudian akan diserahkan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda).


Kontes desain logo


Dihubungi terpisah, Wakil Ketua DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, Arief Noor Hartanto, berharap masukan dari komunitas seniman dapat dijadikan pertimbangan terhadap rencana perubahan logo baru tersebut.


"
Branding
(pencitraan) tentang Yogyakarta itu pada dasarnya bukan untuk menjual Yogyakarta, tapi lebih kepada jati diri Yogyakarta sebagai kota budaya. Itu seharusnya ditonjolkan," kata Arief.


Ia mengapresiasi kritik para seniman dan desainer grafis itu sebagai bentuk kepedulian terhadap Yogyakarta. Ia bahkan mengusulkan agar digelar kontes mendesain logo Yogyakarta, sehingga nanti didapat logo terbaik.


“Saya percaya seniman dan para komunitas grafis akan mampu melaksanakannya. Jadi, tidak ada alasan dari pemerintah provinsi terkait waktu yang sudah mepet,” katanya.


Semboyan juga diganti


Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta akan mengubah logo dan karakter semboyan
Jogja Never Ending Asia
yang telah berusia 15 tahun. Rencana itu akan diselaraskan dengan semangat Yogyakarta yang telah menerapkan Undang-Undang Keistimewaan.


"Logo baru akan dipertajam lagi dengan memperhatikan masukan saat urun rembuk Selasa lalu. Tim masih akan melakukan penyempurnaan lagi sebelum di-
launching
(diluncurkan),” kata Erni Widyastuti, Kepala Sub Bidang Administrasi Publik dan Keuangan Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta, kepada
VIVAnews,
Kamis, 30 Oktober 2014.


Berdasarkan urun rembuk pada Selasa, 28 Oktober 2014, yang menghadirkan pakar pemasaran Hermawan Kartajaya, logo dan semboyan Yogyakarta akan diubah. Semboyan
Jogja Never Ending
Asia juga bakal diganti.


Rencananya, logo baru akan mengubah logo lama yang dominan warna hijau. Desain baru nantinya paduan tiga warna, kuning emas, merah, dan putih. Warna emas menunjukkan simbol Keraton, merah dan putih lambang bendera Indonesia.


Sementara itu, semboyan
Jogja Never Ending Asia
akan diganti menjadi
New Harmony
, yang melambangkan Yogyakarta yang selama ini dikenal menjunjung semangat harmonisasi. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya