Sumber :
- Aji Jun Putra/VIVAnews
VIVAnews
- Sepuluh perusahaan perkebunan yang beroperasi di wilayah Sumatera Selatan akan diaudit atau diperiksa secara kritis dan sistematis oleh pihak independen. Audit dilakukan untuk mengetahui kepatuhan perusahan-perusahaan itu dalam mengantisipasi kebakaran lahan yang masuk dalam konsesi mereka, terutama lahan-lahan gambut.
Proses audit akan dilakukan oleh tim nasional yang terdiri dari Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, para ahli serta asisten teknis.
Proses audit akan dilakukan oleh tim nasional yang terdiri dari Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, para ahli serta asisten teknis.
Tim dibantu Redd+, sebuah lembaga yang memiliki mekanisme global untuk menciptakan insentif bagi negara-negara berkembang untuk melindungi dan mengelola sumber daya hutan dengan lebih baik dan bijaksana sebagai upaya melawan perubahan iklim.
Sumatera Selatan dijadikan objek kedua audit, setelah Riau, karena tingginya kasus kebakaran hutan dan lahan di provinsi tersebut. Kebakaran itu menyebabkan kerugian ekonomi dan beban sosial bagi masyarakat.
Audit kepatuhan itu juga akan diberlakukan bagi pemerintah daerah yang memberikan izin konsesi pada perusahaan yang lahan-lahannya terbakar. Hasil audit nantinya menghasilkan sejumlah rekomendasi apakah perusahaan dan pemerintah daerah patuh atau tidak dalam melakukan pencegahan kebakaran lahan dan hutan konsesi. Rekomdensi juga dapat sampai pada pencabutan izin usaha.
Upaya pemadaman masih terus dilakukan oleh Tim Tanggap Darurat Asap Kebakaran Lahan dan Hutan karena titik-titik api masih ada di sejumlah kawasan gambut dalam Sumatera Selatan. Pemadaman dilakukan dengan
water bombing
atau menjatuhkan air dari udara dengan bantuan helikopter dan modifikasi cuaca untuk membuat hujan buatan.
Hingga kini, masih terlihat sejumlah titik api di Sumatera Selatan. Bahkan, titik api bertambah dibanding haru sebelumnya. Berdasarkan hasil citra satelit Terra–Aqua yang digunakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, jumlah titik api di Sumatera Selatan per 29 oktober sebanyak 227 titik. Sebanyak 143 titik di antaranya terpusat di lahan gambut dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir. (ren)
Purwantoro/Palembang
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Tim dibantu Redd+, sebuah lembaga yang memiliki mekanisme global untuk menciptakan insentif bagi negara-negara berkembang untuk melindungi dan mengelola sumber daya hutan dengan lebih baik dan bijaksana sebagai upaya melawan perubahan iklim.