Miskin, Belasan Ribu Anak di Bengkulu Tak Sekolah

Ilustrasi anak-anak Sekolah Dasar.
Sumber :
  • sp2010.bps.go.id
VIVAnews -
Risma Populer di Jatim tetapi Elektabilitas Khofifah Tinggi, Menurut Pakar Komunikasi Politik
Enam belas ribu anak usia sekolah berusia tujuh hingga 15 tahun di Bengkulu tidak menikmati pendidikan. Alasan utama, karena ketiadaan biaya. Akhirnya, anak-anak itu terpaksa memilih untuk ikut membantu mencari nafkah keluarga.

Menkeu Sebut Jumlah Dana Pemda Mengendap di Bank Capai Rp 180,9 Triliun

Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu tahun 2013 menunjukkan jumlah anak dengan kelompok umur 7-15 tahun yang tersebar di 10 kabupaten/kota Bengkulu, mencapai 318.384 anak. Sebanyak 16.679 anak di antaranya tidak pernah mendapatkan pendidikan atau tak bisa melanjutkan pendidikannya.
Jeep Wrangler Facelift Meluncur, Segini Harganya


"Besarnya jumlah anak-anak yang tak bersekolah ini sebagian besar dipicu karena rendahnya kondisi ekonomi keluarga mereka. Sehingga keluarganya memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah anak-anaknya," kata Kepala BKKBN Provinsi Bengkulu Maryana, Kamis 18 September 2014.


Berdasarkan sebaran wilayah, jumlah terbesar anak yang tidak bisa bersekolah di Bengkulu ada di Kabupaten Rejang Lebong, yakni sebanyak 3.789 anak. Selanjutnya, Bengkulu Utara 2.395 anak, Seluma 2.095 anak, Mukomuko 1.901 anak, Lebong 1.494 anak, Bengkulu Tengah 1.154 anak, Kaur 1.116 anak.


Di Kota Bengkulu sebanyak 1.081 anak, kemudian Kabupaten Kepahiang 1.028 anak dan terakhir di Kabupaten Bengkulu Selatan sebanyak 636 anak.


Menurut Maryana, di Bengkulu masih banyak warga yang belum sejahtera. Tercatat dari 464.459 kepala keluarga atau sebanyak 1.792.871 jiwa, 35 persennya diketahui masih bergelut dengan kemiskinan.


"Catatan kami, untuk keluarga pra sejahtera atau keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan ada sebanyak 60.534 keluarga. Sementara yang baru di tahapan sejahtera I mencapai 100.198 keluarga," kata Maryana.


Karena itu, Maryana berharap seluruh pihak dapat saling bersinergi untuk menuntaskan masalah tersebut. Sebab, kata dia, anak merupakan generasi bangsa yang harus mendapatkan pendidikan.


"Ini tugas berat yang harus dijalani. Butuh komitmen bersama dan edukasi yang rutin kepada keluarga. Jangan sampai jumlah anak tidak sekolah membengkak lagi," ujar Maryana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya