Ini yang Membuat Riset Indonesia Sangat Rendah

Ilustrasi Penelitian
Sumber :
  • uic.edu
VIVAnews -
Video Anak Kecil Mengendarai Sepeda Motor, Ada Risiko Hukumnya
Posisi Indonesia dalam peta persaingan riset dan pengembangan masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia.

Usai Nasdem, Presiden PKS Ahmad Syaikhu Sambangi Cak Imin di Markas PKB

Hal ini disampaikan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Riefqi Muna, dalam seminat bertajuk "Menyambut Penguatan Lembaga Penelitian dan Pengembagan Kebijakan Pemerintah", Selasa 16 Sptember 2014, di kantor LIPI, Jakarta.
Jangan Asal Pilih Lensa Kontak, Bisa Sebabkan 5 Masalah Serius Ini


Berdasarkan diagram yang diterbitkan dalam R and G Magazine yang dipaparkan Riefqi, jumlah peneliti di Indonesia masih jauh di bawah 500 orang per 1 juta penduduk. Dari tahun ke tahun pun tak mengalami penambahan jumlah.

China jumlahnya mencapai 1.000 orang per 1 juta penduduk pada tahun 2012, Tailand dipekirakan 800 orang per 1 juta penduduk per 2012, Malaysia mencapai 1.500 orang per satu juta penduduk orang.


Sementara negara-negara maju seperti Israel dan Singapura mencapai 6.000 orang per 1 juta penduduk.


Produk-produk penelitan yang dihasilkan pun, kata Riefqi, kurang dari 0,5 persen. Begitu juga dengan pencapian jumlah penerbitan jurnal ilmiah berbahasa Inggris, Indonensia hanya menghasilkan 5.212. Bandingkan dengan Australia yang mencapai 238.076 jurnal.


Ekspor produk berteknologi tinggi ini Indonesia hanya mencapai sedikit di atas 1 persen pada tahun 2012. Jumlah ini mengalami pertumbuhan dibanding tahun 1990 yang hanya 0 persen. Sementara Tailand 2,5 persen, RRC 2,8 persen, sementara Malaysia dan Singapura mencapai 40 persen.


Mirisnya, anggaran untuk penelitian di Indonesia juga sangat jauh dari harapan. Besarnya masih di bawah 1 persen dari jumlah APBN. Bahkan dari tahun 2000 hingga 2009 tidak ada kenaikan anggaran.


"Persentasi biaya penelitian dan pengembangan Indonensia dibanding GDP sangatlah rendah, yaitu 0,07 persen," kata Riefki.


Dari tahun ke tahun sejak 1969 hingga 2009 anggaran untuk IPTEKIN semakin merosot tajam. Misalnya, pada tahun 1969 anggaran yang disisihkan untuk riset mencapai lebih dari 5 persen dari APBN, sementara tahun 2009 hanya 0,5 persen dari APBN.


"Tahun 1969 adalah mulai secara efektif kekuasaan orde baru yang mengutamakan sistem pemerintahan autoritarian dan secara sistematis melakukan pembungkaman terhadap dunia akademik dan saintis," kata dia.


Orde baru yang mengutamakan stabilitas tidak menginginkan tumbuhnya kalangan kritis berpendidikan, termasuk secara sistemik orde baru mengunakan pendekatan birokrasi yang otoriter untuk melakuka kontrol atas seluruh pranata pegawai negeri seluruh Indonesia.


Rekomendasi untuk Pemerintahan Jokowi

Dari data di atas, Riefqi memberikan beberapa rekomendasi bagi pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla.


Di antaranya, perlu dukungan penuh pemerintah untuk pengembangan dan mengejar ketertinggalan sektor penelitian yang akan memperkuat Indoesia dalam persaingan global serta kemandirian bangsa.


Selain itu, dibutuhkan dukungan pemerintah untuk mewujudkan IPTEKIn dan penguatan penelitan dan pengembangan untuk kemajuan masa depan Indonesia. Serta perlu adanya kebijakan yang memberikan ruanhg bagi kerjasama penelitian dan penhembagan antara LIPI dengan kementerian dan lembaga terkaiy yang selama ini sulit dilakukan.


Kemudian, perlu membangun kemitraan dengan sektor Industri untuk pemanfaatan sektor riset dan pngembangan dan IPTEKIN.


"Komitmen dari pemerintah untuk sains dan teknologi yang tidak cukup hanya dengan tingkat pekerja sekarang. Perlunya penguatan dunia riset dan pengembangan yang sekarang ini di perguruan tinggi, dunia riset diperkuat dan harus diperbanyak orang yang sekolah," kata Riefqi.


Selain itu, poin pentingnya adalah bagaimana membawa pulang para peneliti Indonesia yang ada di luar negeri untuk pulang ke tanah air.


"Berapa biaya membawa masuk mereka ke Indonesia? Saya kira biaya membawa pulang mereka dibanding kekataan anggaran yang kita miliki tidak terlalu banyak," kata Riefqi. (adi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya