Ambalat, Perseteruan yang Belum Berujung

VIVAnews - Tentara Nasional Indonesia menggelar operasi perbatasan Malaysia-Indonesia di Ambalat, Kalimantan Timur. Bersandi Operasi Ambalat untuk pengamanan wilayah perbatasan, kegiatan ini direncanakanĀ  berlangsung pada 26 April - 1 Mei 2009.

Menurut Kepala Pusat Penerangan TNI, Marsekal Pertama Sagom Tamboen operasi itu untuk menunjukan eksistensi Indonesia sebagai pemilik Ambalat. "Kalau Malaysia menganggap Ambalat wilayah mereka, kita juga menganggap ini wilayah kita," kata Sagom kepada VIVAnews.

Bukan hanya TNI Angkatan Laut saja yang terlibat dalam pengamanan ini, TNI Angkatan Udara juga ikut serta. Kini, setiap hari di udara Ambalat berseliweran empat pesawat Hawk seri 100 dan 200 disiagakan di Tarakan. Personel Skadron 1 Pontianak, Lapangan Udara Balikpapan, satuan radar 225 Tarakan, dan Pemerintah Kota Tarakan ikut mendukung operasi.

Sebelumnya, TNI-AL secara rutin menugaskan 130 marinir ke Ambalat. Komandan Pasmar-1 Brigadir Jendral TNI (Mar) I Wayan Mendra memastikan pengerahan pasukan tersebut adalah bagian rotasi pasukan keamanan di Ambalat. Satgas Ambalat ini ditempatkan di posko-posko pertahanan di wilayah Ambalat dengan masa tugas selama 6 bulan.

Kepala Dinas Penerangan Armada RI Kawasan Timur (Armatim) Letkol TNI (KH) Tony Saiful mengatakan penjagaan keamanan diĀ  Ambalat memang prioritas TNI. Armatim telah menempatkan sejumlah kapal perang jenis korvet di wilayah sengketa antara Indonesia dan Malaysia.

Ambalat adalah blok laut seluas 15.235 kilometer persegi yang terletak di laut Sulawesi atau Selat Makassar. Ini adalah wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.

Adapun gesekan perbatasan antar dua negara ini sudah terjadi sejak 1967. Bahkan pada 27 Oktober 1969, Indonesia-Malaysia sampai meneken Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia. Dalam perjanjian itu disebutkan, kedua negara melakukan ratifikasi pada 7 November 1969.

Anehnya, di tahun yang sama Malaysia justru menerbitkan peta baru yang memasukan pulau Sipadan, Ligitan dan Batu Puteh. Indonesia dan Singapura, tak mengakui peta baru Malaysia itu.

Kemudian pada 17 Maret 1970 kembali ditanda tangani Persetujuan Tapal Batas Laut Indonesia dan Malaysia. Sembilan tahun berselang Malaysia kembali menerbitkan peta baru mengenai tapal batas. Kali ini Malaysia memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya. Jelaslah mengundang protes Indonesia.

Gesekan pun terus terjadi, pada 21 Februari 2005 di Takat Unarang --nama resmi Karang Unarang-- 17 pekerja Indonesia ditangkap awak kapal perang Malaysia KD Sri Malaka. Terjadilah ketegangan yang melibatkan kapal perang Malaysia --KD Sri Johor, KD Buang dan Kota Baharu berikut dua kapal patroli-- kapal perang Indonesia --KRI Wiratno, KRI Tongkol, KRI Tedong Naga KRI K.S. Tubun, KRI Nuku dan KRI Singa.

Belakangan, ketegangan mulai masuk wilayah fisik. Pada April 2005, Kapal Republik Indonesia Tedong Naga menyerempet Kapal Diraja Rencong tiga kali.

Pada 24 Februari 2007, Pemerintah Indonesia mencatat Malaysia melakukan 35 kali pelanggaran perbatasan. Contohnya, kapal perang Malaysia KD Budiman yang masuk ke wilayah perairan Indonesia sejauh satu mil laut dengan kecepatan 10 knot. Kemudian kapal perang KD Sri Perlis masuk sejauh dua mil laut dengan kecepatan 10 knot.

Bukan hanya itu, Malaysia mulai menempatkan kapal perang Renchong di perairan Ambalat sejak pada 8 April 2005. Setelah itu giliran TNI-AU siaga di Pangkalan Udara Balikpapan, Kalimantan Timur dan Lanud Hasanuddin, Makassar.

Tetapi tetap saja kapal Malaysia berupaya masuk ke sini. Misalnya, pada 25 Fabruari 2007, KD Sri Perli memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard yang akhirnya diusir keluar oleh KRI Untung Suropati. Bahkan di hari yang sama, pesawat udara patroli maritim Malaysia jenis Beech Craft B 200 T Superking melintas memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard.

Masalahnya, pesawat tempur Indonesia baru bisa menjangkau daerah ini setelah terbang selama 15-30 menit. Sedangkan Malaysia sudah memiliki pangkalan udara di Tawao, Malaysia, dan menempatkan pesawat tempur yang mampu menjangkau Ambalat dalam hitungan detik.

Kendati demikian, TNI masih menyatakan kawasan Ambalat aman. Bendera merah putih di puncak mercusuar Karang Unarang tetap berkibar.

Netizen Murka Disebut Suara Paslon 02 Nol: Mungkin Aku yang Dimaksud Angin Tak ber-KTP
Xabi Alonso

Peluang Liverpool Gaet Xabi Alonso Mengecil

Keinginan Liverpool mendatangkan Xabi Alonso untu musim depan nampaknya menjadi semakin kecil. Karena dikabarkan pelatih asal Spanyol itu mau bertahan di Bayer Leverkusen

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024