Stok Obat di RS Timor Tengah Utara Kosong, Pasien Meninggal

Ilustrasi warga antri pembuatan BPJS Kesehatan
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews
Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial
- Stok atau persediaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, kosong sejak beberapa bulan terakhir. Seorang pasien meninggal dunia akibat obat yang dibutuhkannya tidak ada pada Kamis dini hari, 21 Agustus 2014.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Korban meninggal adalah Theresia Mbado, 51 tahun, warga RT 03/RW 02 Dalehi A, Kelurahan Maubeli, Kecamatan Kota Kefamenanu, Timor Tengah Utara. Ia mengalami tekanan darah tinggi.
Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024


Menurut pengakuan keluarga, selain obat-obatan di apotek rumah sakit kosong, sejumlah peralatan medis pun dipinjam keluarga dari pasien lain. Dokter, kata keluarga korban, mengatakan bahwa pihak rumah sakit hanya menyediakan oksigen. Sementara itu, selang oksigen, infus, serta sarung tangan, dibeli dari luar.


“Berhubung sudah tengah malam, kami terpaksa meminjam infus, sarung tangan dari pasien sebelah kamar yang masih belum terpakai,” kata Cornelia Fanggi, saudara korban.


Keluarga berharap, melalui kejadian itu, Pemerintah Daerah harus bersikap. Manajemen RSUD Kefamenanu juga harus dibenahi agar tidak memakan korban lainnya.


"Sudah sepantasnya RSUD membenahi manajemen yang amburadul, sehingga tidak memakan korban lainnya. Masa pasien gawat harus menunggu proses tender pengadaan obat? Yang benar saja pemerintah ini,” Adrianus Fanggi, saudara korban lainnya, menambahkan.


Manajemen RSUD Kefamenanu yang buruk sudah menjadi sorotan media beberapa bulan terakhir. Namun, Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara beralasan bahwa kondisi itu akibat keterlambatan sidang penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat.


Bupati Raymundus Fernandes mengatakan, pengadaan obat-obatan pun harus melalui proses tender yang membutuhkan waktu begitu lama. Pemerintah pun enggan mengambil langkah alternatif lain atas nama kemanusiaan. Soalnya langkah alternatif dikhawatirkan berurusan dengan Kejaksaan dan Kepolisian. (Judith Lorenzo Taolin, Timor Tengah Utara)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya