Empat Gajah Kawal Kirab Grebeg Syawal Keraton Yogya

Grebeg Syawal
Sumber :
  • VIVAnews/Daru Waskita (Yogyakarta)
VIVAnews - Keraton Yogyakarta kembali menggelar upacara Grebeg Syawal yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Grebeg Syawal ini merupakan agenda tahunan yang digelar setiap tanggal 1 Syawal bertepatan dengan berakhirnya bulan Ramadan.
Chandrika Chika Bakal Jalani Rehabilitasi di BNN Lido

Tradisi budaya yang digelar di Alun-alun Utara Yogyakarta ini merupakan tradisi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai perwujudan Hajad Dalem atau sedekah Sultan kepada Rakyatnya. Sedekah dilambangkan dengan gunungan yang terbuat dari beragam hasil bumi yang nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat.
40 Ribu NIK KTP Warga Jakarta yang Sudah Meninggal Dinonaktifkan

Tradisi kirab Grebeg Syawal ini diawali dengan keluarnya tiga gunungan yang berisi hasil bumi yang disusun menyerupai gunung dari keraton Yogyakarta. Prajurit keraton mengawal keluarnya gunungan dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe Kauman untuk didoakan oleh imam Masjid Gedhe. Sebelum nantinya diperebutkan gunungan tersebut oleh masyarakat.
Huawei Optimis Bisa Saingi Android dan iOS, Dorong HarmonyOS ke Pasar Global

Tradisi grebeg syawal keraton Yogyakarta ini cukup istimewa pada tahun ini karena melibatkan empat gajah milik GL Zoo Yogyakarta yang mengawal dua gunungan grebeg syawal. Dua gajah mengawal satu gunungan yang dibawa ke Kepatihan dan dua gajah lagi mengawal satu gunungan yang dibawa ke Puro Pakuamalaman. Sementara itu satu gunungan yang menuju Masjid Gedhe Kauman hanya dikawal oleh prajurit keraton Yogyakarta.

Tradisi Grebeg Syawal ini ternyata sudah ditunggu kehadirannya oleh ribuan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Sekitar pukul 08.00 WIB masyarakat sudah memadati alun-alun utara Yogyakarta untuk menyaksikan kirab Grebeg Syawal dan nantinya merebutkan hasil bumi yang ada di gunungan.

"Setiap Grebeg Syawal digelar saya dan keluarga hadir di alun-alun utara Yogyakarta untuk merebutkan hasil bumi yang ada di gunungan," kata Gito warga asal Gunungkidul, DIY, Selasa 29 Juli 2014.

Gito percaya bahwa jika mendapatkan salah satu hasil bumi dari gunungan yang diarak akan menjadi berkah tersendiri bagi dirinya dan keluarganya.

"Saya datang ingin ngalap berkah," ujar bapak dua anak itu. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya