Pukat Harimau Ancam Penyu Langka di Bengkulu

Penyu
Sumber :
  • U-Report
VIVAnews - Sejumlah nelayan di pantai Ipuh, Kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, mengeluhkan maraknya penggunaan pukat harimau (trawl) di daerah itu. Sebab, selain menghilangkan ketersediaan ikan tangkap nelayan, pukat harimau juga mengancam punahnya sejumlah penyu langka di kawasan itu.
Polres Malang Bongkar Home Industry Sabu di Jatim

Pengakuan nelayan setempat, Alimudin, saat ini nelayan sangat kesulitan untuk mendapatkan ikan di kawasan jelajah mereka. Nelayan harus menempuh puluhan mil laut untuk mendapatkan ikan dalam jumlah melimpah.
Akhirnya Letkol Danu Resmi Jadi Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Gantikan Raja Aibon Kogila

"Sudah hampir tiga tahun ini, masalah pukat harimau mendera kami. Dulu kami cukup menebar jala tak jauh dari pantai, sekarang sudah tidak mungkin lagi. Ikan-ikan sudah jauh ke tengah," ujar pria 52 tahun tersebut.
Mitsubishi Fuso Resmikan Diler 3S Baru di Morowali

Tak hanya itu, jika selama beberapa tahun ini kawasan pantai mereka sering didatangi oleh sejumlah penyu untuk bertelur. Tiga tahun terakhir sudah sangat jarang ditemukan. Penyu beserta tukik (anak penyu), diketahui habis sering tergulung di pukat harimau.

Nelayan lainnya, Jumadi, sangat berharap ada upaya serius dari pemerintah setempat untuk menindak tegas setiap nelayan yang menggunakan pukat harimau. 

Dengan begitu, selain menjaga ketersediaan ikan bagi nelayan dan masyarakat, juga dapat memberi kemungkinan peluang berkembangnya habitat penyu di kawasan itu. Apalagi, saat ini, cuma di Kabupaten Mukomuko yang masih kerap dijadikan penyu untuk mendarat dan bertelur di sepanjang kawasan pantainya.

"Ikan dan penyu adalah aset. Harus dijaga dan dilindungi. Selama pukat harimau dibiarkan marak, bisa dipastikan generasi kedepan tidak akan pernah lagi menjumpai penyu di bibir pantai mereka," kata Jumadi.

Nasib serupa dialami oleh nelayan tradisional di Kota Bengkulu. Lebih dari 3.000 nelayan tradisional yang menetap di sepanjang pantai Kota Bengkulu, mengeluhkan maraknya penggunaan pukat harimau di wilayah mereka.

"Mereka punya kapal besar dan sepertinya terorganisir. Umumnya bisa sampai empat atau lima kapal. Kalau ini dibiarkan terus, ke mana lagi kami mencari ikan," kata salah seorang anggota kelompok nelayan Kota Bengkulu, Edi Santoso.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya