GAM: Teror Di Aceh adalah Musuh Bersama

VIVAnews – Perdamaian di Aceh telah berusia tiga tahun sejak penandatanganan Nota Kesepahaman di Helsinki pada 15 Agustus 2005. Namun aksi teror di lapangan belum sepenuhnya berakhir. Menurut salah satu pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Malik Mahmud, aksi teror adalah residu dari konflik berkepanjangan di Aceh.
”Ini masalah biasa dalam konflik, yang penting perdamaian tercapai,” katanya usai melakukan pertemuan dengan Wakil Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat, AM Fatwa di Hotel four Season, Jakarta, Sabtu 25 Oktober 2008.

Akui Umat Muslim Berkontribusi Besar Bagi Negara, PM Georgia Adakan Bukber

Yang harus diperhatikan,  katanya, adalah komitmen masyarakat  dan pemerintah untuk menjaga perdamaian. Malik mengatakan penangan teror menjadi tanggungjawab pihak keamanan dan harus diselesaikan dalam koridor hukum. ”Yang jelas itu jadi musuh kita bersama,” katanya.

Tak hanya mengunjungi Aceh, Tiro juga bertemu sejumlah pejabat di Jakarta, termasuk Wakil Presiden, Jusuf Kalla dan AM Fatwa. Menurut Malik, kunjungan Tiro ke sejumlah pejabat adalah untuk merapatkan silaturahmi dan menjaga perdamaian. ”Kedamaian di Aceh harus selalu dipelihara dan ditingkatkan,” katanya.

Government Targets on Acquiring 61 Percent Freeport Share

Mewakili Tiro, Malik berkata Aceh diharapkan bisa maju sejalan dengan kemajuan Indonesia. Sebaliknya, kebaikan di Aceh diharapkan bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia.Malik mengaku bersyukur atas respon baik pemerintah menyambut kedatangan Tiro. Demikian pula dengan media masa yang menurutnya telah memberikan komentar positif soal kedatangan Tiro.

Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus di Natal 2023

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Pemerintah akan mengumumkan secara resmi rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024