Kejutan Terakhir Safri, Korban Kapal Tenggelam

Korban kapal tenggelam Malaysia
Sumber :
  • VIVAnews/Zulfikar Husein

VIVAnews - Siang itu Efendi tertunduk lesu. Pria berkacamata dan menggunakan sarung tersebut tak kuasa menahan kesedihan mengetahui adik bungsunya, Muhammad Safri, meninggal dunia. Muhammad Safri adalah satu dari belasan korban tewas akibat tenggelamnya kapal yang ditumpangi TKI di Malaysia.

Selain Efendi, di rumah yang terletak di Desa Geulanggang Gampong, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh, itu juga dipenuhi sejumlah sanak saudara dan kerabat. Rumah dengan pekarangan luas dan tanaman bunga tersebut adalah rumah milik kedua orang tua Safri.

Muhammad Safri saat ini telah berusia sekitar 37 tahun. Safri telah bekerja dan memiliki kios sendiri di negeri jiran tersebut sejak 10 tahun terakhir. Sejak saat itu, Safri jarang kembali ke Tanah Air, terakhir ia kembali pada 2008 ketika ibunya meninggal dunia.

“Sejak tamat SMA dia sudah ke Malaysia. Tapi, dulu ia sempat pulang karena disuruh orang tua untuk berjualan di sini saja. Namun, karena usahanya tidak berjalan lancar, ia balik lagi dan kembali bekerja di Malaysia,” ujar Efendi, abang kandung Muhammad Safri, kepada VIVAnews, akhir pekan lalu.

Lima tahun terakhir, Safri tidak pernah membesuk kampung halamannya itu. Tahun ini, menurut Efendi, Safri pulang untuk menjalankan ibadah puasa bersama keluarganya dan berziarah serta mengadakan kenduri untuk kedua orang tuanya yang sudah tiada.

Menurut dia, Safri adalah anak yang baik dan suka membuat kejutan. “Dia suka buat kejutan, kalau pulang tidak pernah kasih tahu, tiba-tiba dia menelepon sudah berada di depan rumah, gitu aja,” kata Efendi.

Hal yang sama dilakukan Efendi, abangnya tersebut tidak pernah tahu kalau Safri akan pulang. Katanya, Safri hanya memberi tahu istri dan keponakannya. Bukannya terkejut dengan kepulangan Safri, keluarga malah terkejut dan syok dengan kabar Safri ikut menjadi korban kapal karam di Malaysia itu.

“Kami benar-benar syok dengan musibah ini. Kami terkejut Safri menjadi korban dan telah meninggal. Kerabat kami yang di sana datang langsung ke rumah sakit (di Malaysia) dan memastikan bahwa Safri telah meninggal,” tutur Efendi.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Istri melarang

Safri meninggalkan satu istri dan empat orang anak. Keempat anaknya terbilang masih kecil. Anak tertua Safri baru berusia 8 tahun, sedangkan yang paling bungsu berusia sekitar 3 tahun. Mereka tinggal di Stabat, Sumatera Utara, mengikuti orang tua dari istrinya yang pindah ke sana.

Menurut Efendi, istri Safri, Roslinda, sempat melarang sang suami pulang pada hari itu. “Dia menelepon istrinya, beritahu mau pulang. Istrinya sempat melarang, dia bilang jangan pulang dulu karena khawatir ombak laut sedang besar,” kata Efendi mengutip perkataan istri Safri.

Namun, Safri tidak menggubris larangan istrinya itu, ia bersikeras untuk tetap pulang. Nahas baginya, kapal tongkang yang ditumpangi Safri bersama sejumlah rekan-rekannya yang lain karam. Ia bersama sejumlah orang lainnya tewas dalam kejadian itu.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Sang istri yang mengetahui berita kapal suaminya karam dari media, langsung terbang menuju Malaysia keesokan harinya. “Dia (istri Safri) sudah di sana dan sudah lihat jenazah, dan memang benar adik saya Safri udah meninggal,” tutur Efendi.

Safri merupakan putra dari pasangan M. Yahya Idrus dan Jariah. Ia anak keenam dari enam bersaudara. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Ia merupakan salah satu dari sekian banyak warga negara Indonesia yang tinggal di Malaysia tanpa dokumen lengkap.

Menurut pengakuan abangnya, Safri berangkat ke Malaysia secara ilegal dengan menggunakan kapal-kapal tongkang, salah satunya kapal tongkang nahas yang ditumpangi adiknya itu. “Pernah dia mau buat dokumen, tapi ia ditipu sampai Rp12 juta sama agen,” kata Efendi.

Irma, keponakan Safri mengatakan sangat sedih, adik dari ibunya itu telah menjadi korban kapal karam. “Oom orang yang baik, kami dekat dengan dia, sering telepon. Kami sangat sedih,” kata Irma sambil tertunduk.

Sebagaimana diketahui, kapal yang ditumpangi Muhammad Safri beserta 96 orang lainnya karam di perairan laut Malaysia, Rabu dini hari, 18 Juni 2014. Hingga saat ini dilaporkan sudah 15 orang WNI yang ditemukan tewas dalam kejadian tersebut. (art)

Kim Min-jae saat Napoli melawan Inter Milan

6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions

Pada Senin, 22 April, Inter Milan meraih Scudetto ke-20 dalam sejarah mereka, dan cara mereka memastikannya tidak bisa lebih memuaskan lagi.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024