Diserang Gerombolan Bercadar, Warga Bantul Minta Pesantren Ditutup

Polisi perbaiki rumah penyerangan teroris di Tangerang Selatan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
VIVAnews
Live World Boxing Welter Super WBO dan WBC, Tszyu vs Sebastian Fundora Tayang Akhir Pekan di tvOne
- Warga di Kampung Nitipuran, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY, berencana akan menutup Pesantren, TK, SD, Darusunnah sebangai buntut penyerangan rumah warga oleh gerombolan bercadar, bercelana congklang, dan membawa senjata tajam berupa linggis dan samurai, Minggu. Warga menduga lebih kurang 50 penyerang itu adalah walimurid yang anaknya disekolahkan di pesantren itu.

Daftar Tempat Charging Mobil Listrik di Tol Trans Jawa saat Mudik Lebaran 2024

Juru bicara warga sekaligus tokoh masyarakat kampung Nitipuran, Joko Budiyanto mengatakan di kampung itu terdapat sekitar 1.500 warga sudah dewasa dan siap memberikan persetujuan jika TK-SD Darusunnah tersebut ditutup selamanya.
Meet Nicole Shanahan, VP Candidate of the United States


"Warga sudah terancam dan tidak lagi nyaman tinggal berdekatan dengan Darusunnah yang pimpinannya tidak bersedia bermusyawarah atas atas penyerangan rumah warga," katanya, Senin 3 Maret 2014


Menurut dia, jika berpatokan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka ada toleransi dan ada aturan yang harus ditaati bersama. Apalagi ini melanggar dengan mengerahkan gerombolan masa bercadar dan bersajam.


"Selama 3 tahun lebih pesantren itu berdiri sama sekali tidak pernah ada pelajaran Pancasila, menyanyikan lagu Indonesia Raya, apalagi menggelar upacara bendera. Ajaran yang diberikan adalah ajaran garis keras," katanya.


Selain perusakan rumah milik Agus Windarto dan Sri Rejeki, beberapa orang juga diancam oleh tiga pelaku yang menggunakan senjata tajam. Mereka mengalungkan senjata ke leher korban dan ditanya apa agamanya. Setelah menjawab, korban diminta bersyahadat. "Ini jelas ancaman pembunuhan," ujar Joko.


Meski nantinya ada mediasi antara warga dengan pimpinan pesantren, warga tetap akan menuntut penutupan kegiatan belajar mengajar. "Bagaimana mereka bersedia diajak bermusyawarah jika mereka menganggap warga Nitipuran ini semua kafir. Pasti tidak ada solusi yang terbaik," katanya.


Sri Rejeki, salah satu korban mengaku, perusakan rumah kemungkinan terjadi karena walimurid tak terima saat ditegur warga. "Mereka kalau mengantar anak lewat Gang Blorok Madu dan tak pernah mengendarai sepeda motor dengan kecepatan rendah. Meski di kanan-kirinya banyak warga di teras. Mereka juga tidak pernah menegur warga," kata Sri.


Teguran kepada wali murid dari siswa TK-SD Darusunnah dilakukan sudah berkali-kali namun tetap nekat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Bahkan ada wali murid yang justru menantang warga.


Kapolres Bantul AKBP Surawan mengatakan, kepolisian telah melakukan mediasi dengan pimpinan SD-TK Darusunnah. Mereka bersedia bermusyawarah dengan warga. "Saya sendiri yang langsung menemui pimpinan pesantren dan menyatakan bersedia untuk bermediasi dengan warga,"katanya


Meski demikian polisi juga minta kepada pengurus pesantren untuk terbuka dan membantu polisi dalam mengungkap kasus perusakan dua rumah warga. "Meski nantinya ada kesepakatan bersama namun proses hukum tetap berjalan." (umi)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya