Konfrontasi Indonesia-Malaysia di Balik Kisah Usman-Harun

Pemakaman Usman Harun
Sumber :
VIVAnews
Harga Kembang Pala Meroket hingga Ratusan Ribu Gegara Bumbu Masakan Diburu
– Usman dan Harun telah tiada. Nyawa mereka melayang di tiang gantungan pemerintah Singapura, 17 Oktober 1968. Waktu telah berlalu 46 tahun sejak itu, dan ingatan masyarakat terhadap dua Pahlawan Dwikora itu memudar, sampai ribut-ribut Indonesia-Singapura soal KRI Usman-Harun kembali membuka lembaran kisah kepahlawanan mereka di awal tahun 2014.

Otoritas IKN Kerjasama dengan Universitas Leiden Belanda

Usman-Harun dieksekusi mati Singapura karena mengebom MacDonald House di Orchard Road tahun 1965, menyebabkan 3 orang tewas dan 33 lainnya terluka. Aksi pengeboman itu merupakan bagian dari Operasi Dwikora (Dwi Komando Rakyat) pada masa pemerintahan Soekarno, presiden pertama RI. Operasi Dwikora merupakan perang terhadap Malaysia.
Minister Subianto Inspects the State Palace Building at IKN Nusantara


Soekarno menentang penggabungan Federasi Malaya (Persekutuan Tanah Melayu), Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah ke dalam satu Malaysia. Penyatuan Malaysia yang mendapat restu Inggris itu membuatnya geram dan memunculkan Konfrontasi Indonesia-Malaysia pada 1962-1966. Jadi Konfrontasi adalah sebuah perang mengenai masa depan Malaya, Brunei, Sabah, dan Serawak.


Soekarno menganggap pembentukan Federasi Malaysia (kini Malaysia) tidak sesuai dengan Perjanjian Manila yang ditandatangani pada 31 Juli 1963 oleh Federasi Malaya, Republik Indonesia, dan Republik Filipina. Dalam perjanjian itu, ketiga negara sepakat dengan keinginan rakyat Sabah dan Serawak untuk menentukan nasib sendiri melalui sebuah pemilu yang bebas tanpa paksaan.


Lebih jauh, Soekarno berpendapat Federasi Malaysia merupakan boneka Inggris. Ia melihat hal itu sebagai kolonialisme dan imperialisme gaya baru yang berpotensi mengganggu keamanan Indonesia dan dapat memicu pemberontakan di Indonesia.


Januari 1963, Menteri Luar Negeri RI Soebandrio mengumumkan sikap bermusuhan Indonesia terhadap Malaysia. April 1963, sukarelawan Indonesia mulai memasuki Serawak dan Sabah untuk menyebarkan propanganda, melancarkan serangan, dan melakukan sabotase.


Mei 1964, Soekarno mengeluarkan maklumat Dwikora yang isinya: pertinggi (perkuat) ketahanan revolusi Indonesia, dan bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia. Ada sekitar 21 juta rakyat Indonesia yang mendaftar menjadi sukarelawan Dwikora.


Juli 1964, Soekarno mengumumkan aksi Ganyang Malaysia. Bulan berikutnya, tentara Malaysia berhadapan dengan gerilyawan Indonesia. Ketegangan meningkat di Selat Malaka. Peperangan terjadi di sepanjang perbatasan Kalimantan. Di Jakarta, kantor kedutaan Inggris dibakar dan kedutaan Singapura diduduki massa. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan kedutaan Indonesia diserang.


Usman dan Tohir menjadi bagian dari Operasi Dwikora pada masa Konfrontasi Indonesia-Malaysia ini. Dua marinir itu menyusup masuk ke Singapura dengan menyamar sebagai pedagang, dan mengintai tempat-tempat penting dan strategis di Negeri Singa. (Baca: )


Pada akhirnya aksi Usman-Harun dan satu lagi rekan mereka, Gani bin Aroep, mengebom MacDonald House berakhir dengan penangkapan Usman dan Harun, sementara Gani berhasil lolos. (Baca: )
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya