Surat Terakhir Usman dan Harun untuk Ibunda

Pemakaman Usman Harun
Sumber :

VIVAnews – Tak banyak orang tahu siapa Usman dan Harun, sampai Singapura mendadak memprotes rencana Indonesia melabeli kapal perang barunya dengan nama KRI Usman-Harun. Nama Usman dan Harun pun menjadi pemberitaan luas di tanah air – 46 tahun setelah keduanya dihukum gantung di Negeri Singa.

Lalu Lintas Bundaran HI Padat di Malam Takbiran, Banyak Pemotor Tak Pakai Helm

(Baca: )

Rakyat Indonesia dengan antusias membaca kisah kepahlawanan Usman dan Harun – yang disebut teroris oleh publik Singapura karena menewaskan 3 orang dan melukai 33 orang lainnya dalam aksi pengeboman di MacDonald House, Orchard Road, tahun 1965.

Ketika itu Usman dan Harun merupakan bagian dari Korps Komando Operasi (KKO) yang sekarang berganti nama menjadi Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Keduanya dikirim RI untuk menyusup ke Singapura pada periode konfrontasi Indonesia-Malaysia. Saat itu Singapura masih menjadi bagian dari Malaysia. (Baca: )

Usman dan Harun sesungguhnya nama alias atau samaran. Dikutip dari toparmour.blogspot.com, Usman bernama asli Janatin bin Mohammad Ali. Pria kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah, 18 Maret 1943 ini mengikuti pendidikan militer di Malang tahun 1962 yang digelar Korps Komando Angkatan Laut. April 1964, Janatin mengikuti pendidikan tambahan intelijen, kontraintelijen, sabotase, demolisi (penghancuran), gerilya, dan perang kota di Cisarua, Bogor, selama sebulan.

Sementara Harun bin Said bernama asli Tohir. Pria kelahiran Pulau Bawean, Jawa Timur, 4 April 1943 itu sejak remaja sudah hafal dengan daratan Singapura. Pekerjaannya sebagai pelayan kapal pedagang sering membuat dia tinggal berhari-hari di Pelabuhan Singapura.

Tohir masuk Angkatan Laut pada 1964. Di situlah ia bertemu dengan Janatin. Keduanya, bersama Gani bin Aroep, langsung menjadi sahabat erat karena kerap ditugaskan bersama-sama.

Ketika sedang ditugaskan ke Singapura, Tohir menyamar sebagai pelayan dapur pada sebuah kapal dagang. Mata sipit Tohir mempermudah penyamarannya di Singapura. Apalagi ia mahir berbahasa Inggris, China, dan Belanda. Modal wajah dan bahasa itu membuat Tohir relatif bebas bergerak dan gampang bergaul di tengah masyarakat Singapura.

Janatin dan Tohir berganti nama menjadi Usman dan Harun ketika resmi bergabung dalam operasi Dwikora. Untuk masuk ke Singapura, mereka menyamar sebagai pedagang. Tiga serangkai Usman-Harun-Gani mengintai tempat-tempat yang dianggap penting dan strategis di Singapura.

Sampai akhirnya mereka bertiga beraksi meledakkan MacDonald House di Orchard Road, Singapura, 10 Maret 1965. Tiga nyawa melayang dalam peristiwa itu. Singapura dibantu Australia langsung memburu pengebom. Sulit bagi Usman, Harun, dan Gani untuk ke luar dari Singapura. Untuk menerobos penjagaan, mereka memutuskan berpisah – Usman bersama Harun, sedangkan Gani sendirian.

Namun Usman dan Harun akhirnya tertangkap patroli Singapura karena motorboat yang mereka gunakan macet sebelum mencapai perbatasan Singapura. Pada 17 Oktober 1968, Usman dan Harun dihukum gantung di Singapura. Seluruh upaya lobi yang dilancarkan pemerintah Republik Indonesia tak berhasil menyelamatkan nyawa keduanya. (Baca: )

Sampai akhir, Usman dan Harun menunjukkan sikap kesatria seorang prajurit. Ketika utusan Presiden Soeharto, Brigjen TNI Tjokropranolo, mengunjungi mereka di penjara Changi sehari sebelum tanggal eksekusi mati, Usman-Harun tampak segar. Kondisi fisik mereka tak sedikit pun memburuk. Keduanya tetap tegap. Tak terlihat rasa takut di wajah mereka.

Pada kesempatan itu, Usman dan Harun menitipkan surat untuk ibunda masing-masing – yang tak bisa mereka temui sampai digantung keesokan harinya. Berikut surat terakhir Usman:

Dihaturkan:
Bunda ni Haji Mochamad Ali
Tawangsari.

Dengan ini anaknda kabarkan bahwa hingga sepeninggal surat ini tetap mendo'akan Bunda, Mas Choenem, Mas Matori, Mas Chalim, Ju Rochajah, Ju Rodiijah + Tur dan keluarga semua para sepuh Lamongan dan Purbalingga Laren Bumiayu.

Berhubung rayuan memohon ampun kepada Pemerintah Republik Singapura tidak dapat dikabulkan maka perlu ananda menghaturkan berita duka kepangkuan Bunda dan keluarga semua di sini bahwa pelaksanaan hukuman mati ke atas ananda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968 Hari Kamis Radjab 1388.

Sebab itu sangat besar harapan anaknda dalam menghaturkan sudjud di hadapan bunda, Mas Choenem, Mas Madun, Mas Chalim, Jur Rochajah, Ju Khodijaht Turijah para sepuh lainnya dari Purbolingga Laren Bumiayu Tawangsari dan Jatisaba sudi kiranya mengickhlaskan mohon ampun dan maaf atas semua kesalahan yang anaknda sengaja maupun yang tidak anaknda sengaja.

Anaknda di sana tetap memohonkan keampunan dosa kesalahan Bunda saudara semua di sana dan mengihtiarkan sepenuh-penuhnya pengampunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Anaknda harap dengan tersiarnya kabar yang menyedihkan ini tidak akan menyebabkan akibat yang tidak menyenangkan bahkan sebaliknya ikhlas dan bersukurlah sebanyak-banyaknya rasa karunia Tuhan yang telah menentukan nasib anaknda sedemikian mustinya.

Sekali lagi anaknda mohon ampun dan maaf atas kesalahan dan dosa anaknda kepangkuan Bunda Mas Choenem, Mas Matori, Mas Chalim, Ju Rochajah, Ju Pualidi , Rodijah, Turiah dan keluarga Tawangsari Lamongan Jatisaba Purbolingga Laren Bumiayu.

Anaknda,
Ttd.
(Osman bin Hadji Ali)


Sementara berikut surat terakhir Harun:

Dihaturkan
Yang Mulia Ibundaku
Aswiani Binti Bang
yang diingati siang dan malam.

Dengan segala hormat.

Ibundaku yang dikasihi, surat ini berupa surat terakhir dari ananda Tohir. Ibunda sewaktu ananda menulis suat ini hanya tinggal beberapa waktu saja ananda dapat melihat dunia yang fana ini, pada tanggal 14 Oktober 196 rayuan ampun perkara ananda kepada Presiden Singapura telah ditolak jadi mulai dari hari ini Ananda hanya tinggal menunggu hukuman yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 1968.

Hukuman yang akan diterima oleh ananda adalah hukuman digantung sampai mati, di sini ananda harap kepada Ibunda supaya bersabar karena setiap kematian manusia yang menentukan ialah Tuhan Yang Maha Kuasa dan setiap manusia yang ada di dalam dunia ini tetap akan kembali kepada Illahi.

Mohon Ibunda ampunilah segala dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan ananda selama ini sudilah Ibundaku menerima ampun dan salam sembah sujud dari ananda yang terakhir ini, tolong sampaikan salam kasih mesra ananda kepada seisi kaum keluarga ananda tutup surat ini dengan ucapan terima kasih dan Selamat Tinggal untuk selama-lamanya, amin.

Hormat ananda,
Ttd.
Harun Said Tohir Mahadar
Jangan dibalas lagi

(umi)

Posko Mudik Perempuan Bisa Cek Kehamilan, Tekanan Darah Hingga Sedia Kondom! Catat Titiknya
Ilustrasi warga Muslim Amerika sholat di depan Gedung Putih

Umat Islam di Amerika Serikat Bakal Rayakan Idul Fitri Rabu 10 April 2024

Umat Islam di Amerika Serikat (AS) juga telah menetapkan Hari raya Idul Fitri tanggal 1 syawal 1445 H jatuh pada hari rabu besok 10 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
9 April 2024