Dalang Slamet Gundono Tutup Usia

Dalang Ki Slamet Gundono beraksi dalam pentas Wayang Kondo M
Sumber :
  • Antara/ Fanny Octavianus
VIVAnews - Dunia kesenian tanah air berduka. Dalang eksentrik Slamet Gundono tutup usia di usia 47 tahun. Pria yang memopulerkan wayang suket itu menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Islam Yarsis, Surakarta, Minggu, 5 Januari 2013.
Pemkot Pontianak Kasih Peringatan ke Seluruh SPBU di Kota Itu, Ada Apa?

Gundono dirawat sejak Selasa malam, 31 Desember 2013 lalu lantaran penyakit komplikasi yang dideritanya. Jelang pergantian tahun baru 2014 lalu, dia dilarikan  ke rumah sakit lantaran merasakan rasa sakit di bagian kakinya. 
Man Utd Incar Penyerang Tua yang Bela Real Madrid

"Mas Gundono dilarikan saat malam Tahun Baru kemarin. Pas waktu itu, beliau mengalami kesakitan di kedua kakinya. Sempat dirawat di ruang rawat inap," kata karib Gundono, Cempluk Lestari, yang  saat ini sudah berada di rumah sakit menemani keluarga Gundono.
Ekonomi Tumbuh 5,6% di 2024, Pemprov DKI Yakin Bisa Atasi Inflasi

Sayangnya kesehatan Gundono semakin drop. Pada Jumat, 3 Januari 2014, Gundono kritis. Hingga akhirnya, ia menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu, 5 Januari 2014 di ruang ICU RSI Yarsis.

"Tetapi Jumat, 3 Januari kemarin kondisinya drop. Akhirnya, tadi sekitar pukul 8.30 WIB, Mas Gundono meninggal," katanya. 

Cempluk menuturkan,  Gundono menderita penyakit diabetes sudah cukup lama. Penyakit itu kemudian menyebabkan komplikasi dan mempengaruhi kerja organ dalam lainnya. 

"Kondisi terakhir Mas Gundono juga mengalami gangguan fungsi jantung, liver, paru-patru dan ginjal," ujarnya.

Slamet Gundono lahir di Tegal, 19 Juni 1966. Ia menghabiskan masa kecil di kampung dan pesantren.  Awalnya Gundono  masuk Jurusan Teater di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Tapi hanya  bertahan beberapa semester di IKJ, ia pindah ke Jurusan Pedalangan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (sekarang kini ISI Surakarta) hingga lulus.

Kemunculan Gundono sebagai dalang nyentrik dimulai saat tahun 1995. Waktu itu ia mengentak panggung festival dalang di Solo yang digelar untuk peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka. Waktu itu Gundono memadukan wayang kulit dengan memadukan berbagai disiplin seni, baik seni panggung tradisional, teater modern, tari, musik, hingga seni rupa.

Sajian wayang di luar pakem terus ia kembangkan. Ia pernah menggarap wayang nggremeng, wayang api, wayang air, wayang lindur, wayang suket hingga yang terakhir wayang gembus. Wayang yang ditelurkannya pada tahun 2012 ini cukup eksentrik. Wayang yang terbuat dari ampas tahu dan tempe ini untuk merespons kelangkaan kedelai pada waktu itu.

Eksistensinya sebagai seniman kreatif membuat Gundono  menerima berbagai penghargaan dan apresiasi untuk kegigihannya berkarya. Salah satu penghargaan prestisius yang diterimanya adalah Prince Claus Award pada tahun 2005. Penghargaan diberikan oleh Prince Claus Fund untuk Kebudayaan dan Perkembangan kepada seniman, pemikir, lembaga kebudayaan di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Karibia.

Slamet Gundono tinggal di Jl. Sibela Timur III No 1 Mojosongo, Jebres, Solo. Ia meninggalkan istri, Nuning Sri Rejeki, dan dua anaknya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya