- ANTARA FOTO/Andika Wahyu
VIVAnews - Kapolri Jenderal Polisi Sutarman menyambut baik peluncuran buku 'Hoegeng, Polisi dan Menteri Teladan' di Gramedia Pondok Indah Mal, Minggu, 17 November 2013. Namun, Sutarman menilai terbinya buku Hoegeng itu sudah terlambat.
"Seandainya pada saat sebelumnya, tentu tidak ada kasus Simulator SIM dan lain-lain," kata Sutarman dalam sambutannya.
Meskipun demikian, pengganti Timur Pradopo tersebut berterima kasih kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berani membersihkan institusi Polri dari praktik-praktik korupsi.
Dengan teladan yang ada dalam diri Hoegeng, ia berharap Polri mampu tampil lebih baik lagi. "Kepolisian mempunyai tugas besar melindungi rakyat, menegakkan hukum, mengayomi dan melindungi masyarakat. Tugas yang sangat mulia," ujarnya.
Sutarman mengaku terketuk saat membaca kisah Hoegeng dalam buku tersebut. Ia menilai yang bersangkutan adalah sosok bersih dari berbagai penyimpangan nilai-nilai yang melanggar ketentuan, jujur dalam berkata dan bersikap, serta sederhana dalam hidup.
Bahkan, mantan Kapolda Metro Jaya itu mencatat, Hoegeng pernah mengorbankan anaknya demi kepentingan yang lebih besar.
Ceritanya, saat anaknya ingin masuk Akabri, Hoegeng menolak memberikan rekomendasi meskipun tanda tangannya dapat meloloskan anaknya itu.
"Buku ini ditulis pada saat kita mendambakan teladan yang bisa menginspirasi dan satu perubahan bagi kita sekarang, di seluruh strata jabatan apapun. Kita membutuhkan teladan, ada figur Hoegeng, mulai saat ini," tuturnya. (umi)