Mantan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar

"Apa yang Mau Disadap Australia di Bali? Cari di Google Juga Ketemu"

Konferensi Perubahan Iklim PBB tahun 2007 di Bali.
Sumber :
  • id.wikipedia.org

VIVanews – Australia dan Amerika Serikat disebut menyadap Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2007 di Bali. Menurut dokumen Edward Snowden yang dilansir The Guardian, Badan Intelijen Australia dan AS mengumpulkan nomor-nomor telepon para pejabat pertahanan dan keamanan di Indonesia. Namun misi itu gagal karena mereka hanya berhasil memperoleh nomor ponsel Kapolda Bali.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar yang ketika Konferensi Perubahan Iklim PBB 2007 itu bertindak sebagai Ketua Delegasi Indonesia, menyatakan heran mendengar kabar penyadapan oleh Australia itu. Ia justru menyangka jika ada yang hendak menyadap, maka itu sudah pasti bukan Australia.

“Di konferensi itu Australia justru menjadi pionir. Australia malah menolong Indonesia. Setelah sempat ada kebuntuan cukup lama dalam konferensi, Australia menjadi pihak pertama yang menyetujui dan menandatangani Protokol Kyoto,” kata Rachmat kepada VIVAnews, Jumat 8 November 2013.

Akibat sikap Australia yang memecah kebuntuan, akhirnya beberapa negara lain yang tidak setuju Protokol Kyoto akhirnya berbalik setuju. Untuk diketahui, Protokol Kyoto adalah perjanjian lingkungan hidup internasional yang bertujuan untuk melawan pemanasan global.

“Jadi untuk apa Indonesia disadap? Kalau ada yang ingin ditanyakan, tinggal tanya saja. Kerja saya sangat transparan. Pertanyaan apapun akan saya jawab,” kata Rachmat. Ia pun heran mendengar Australia mengumpulkan nomor-nomor pejabat Indonesia secara diam-diam. “Kalau dicari di Google, nomor ponsel saya juga ketemu,” ujarnya.

Rachmat menyatakan, sama sekali tak ada hal-hal yang bersifat rahasia dalam konferensi tersebut. Ia berpendapat konferensi ilmiah seperti itu tak layak menjadi target penyadapan, sebab Konferensi Perubahan Iklim PBB membahas gas emisi CO2 dan apa yang akan dilakukan oleh masing-masing negara untuk membatasinya.

Dalam aksi mata-mata di Bali tahun 2007 itu, Badan Intelijen AS (National Security Agency) disebut bekerja bahu-membahu dengan Badan Intelijen Australia (Defence Signals Directorate) untuk mendapatkan target mereka. “Tujuan dari upaya (spionase) ini adalah untuk mengumpulkan pemahaman yang kuat tentang struktur jaringan yang diperlukan dalam keadaan darurat,” kata dokumen yang didapat dari Snowden itu dan dilansir Guardian itu.

DSD bahkan disebut memasukkan ahli Bahasa Indonesia ke dalam timnya untuk memonitor dan menyeleksi informasi dari komunikasi yang berhasil mereka dapatkan.

Jordi Onsu Mengaku Sering Minta Maaf dan Mengalah ke Ruben Onsu

Baca juga:

Hormati Putusan MK, Eks Ketum PB HMI: Saatnya Bekerja untuk Indonesia Maju
Pihak penyidik Polres Metro Jakarta Utara menetapkan AT, pembunuh wanita hamil bersimbah darah di Kelapa Gading, Jakarta Utara, jadi tersangka dan terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Pembunuh Wanita Hamil di Kelapa Gading Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

Penyidik Polres Metro Jakarta Utara menetapkan AT, pembunuh wanita hamil bersimbah darah di Kelapa Gading, Jakarta Utara, menjadi tersangka. Atas perbuatannya, pelaku AT

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024