Sosok Sentral di Balik Sumpah Pemuda Diusulkan Jadi Pahlawan

Diorama di Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya no 106 Jakarta
Sumber :
  • Antara/ Wahyu Khrisna
VIVAnews
Prada Ardiansyah, Prajurit TNI yang Tersambar Petir Meninggal Dunia
- Ketua Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda 1928, Soegondo Joyopuspito, diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Keluarga almarhum berpendapat, perjuangan dan pengorbanan Soegondo layak diganjar penghargaan yang lebih besar.

Heboh Wali Nagari di Sumbar Digerebek Warga Mesum dengan Sesama Jenis, Kantor Disegel

“Ayah kami Soegondo baru mendapatkan tanda kehormatan dari pemerintah atas jasa dalam memimpin Sumpah Pemuda," kata anak ketiga Soegondo, Soenaryo Joyopuspito. "Pada 1978, Soegondo diberi Tanda Kehormatan Republik Indonesia berupa Bintang Jasa Utama. Pada 1992, pemerintah juga memberikan Satya Lencana Perintis Kemerdekaan,” katanya, Kamis 24 Oktober 2013.
Ekonomi Dunia Bergejolak, BI Buka-bukaan Hasil Stess Test Terbaru Sektor Perbankan


Dan menjelang peringatan hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober, keluarga besar Soegondo meminta pemerintah memberikan penghargaan yang lebih besar. Soenaryo menceritakan ayahnya merupakan aktivis pemuda Persatuan Pemuda Indonesia (PPI). Pada 1926, pada Kongres Pemuda I, Soegondo menjadi anggota. Baru pada kongres II diangkat sebagai ketua panitia atas persetujuan Moh. Hatta. Soegondo diangkat menjadi ketua kongres II karena dianggap lebih netral.


"Beliau diangkat jadi ketua karena anggota PPI, wadah pemuda yang independen dan bukan kesukuan," katanya saat menerima kunjungan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo di Makam WIjayabrata, tempat Soegondo dimakamkan.


Kongres tersebut menghasilkan Sumpah Pemuda 1928. Para Pemuda setuju mengakui satu nusa, satu bangsa, dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.


"Trilogi itu ditulis dalam secarik kertas. Soegondo menyetujui dan memberi paraf pada kertas itu lalu diikuti anggota lainnya," jelasnya.


Pada masa revolusi, Soegondo aktif dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) yang hanya beranggotakan 28 orang, Soegondo termasuk di dalamnya. Pada masa RIS, dalam Negara Republik Indonesia dengan Acting Presiden Mr. Assaat, Sugondo diangkat dalam Kabinet Halim sebagai Menteri Pembangunan Masyarakat. "Jabatan di BP-KNIP digantikan Djohan Sjahroezah," katanya.


Soenaryo mengatakan, pada usia 46 tahun, Soegondo memilih pensiun sebagai bekas menteri dan perintis kemerdekaan. Presiden Soekarno pernah meminta Sogeondo datang ke Jakarta, dan akan diberikan jabatan.


"Tapi Soegondo menolak. Jabatan yang diberikan dari teman itu bagian dari nepotisme. Itu alasan Soegondo menolak panggilan presiden."


Menpora Mendukung


Sementara itu Menpora Roy Suryo mengatakan, banyak pemuda yang tidak kenal nama Soegondo padahal merupakan tokoh pemuda yang sangat berperan dalam Sumpah Pemuda. "Perannya sangat besar bagi upaya kemerdekaan Indonesia. Pemuda generasi sekarang harus meneladani kiprahnya," kata Roy Suryo.


Menurut dia, atas sumbangsih yang sudah diberikan atas berdirinya republik ini, Kemenpora akan berjuang menjadikan Soegondo menjadi Pahlawan Nasional. "Menjelang 28 Oktober (Sumpah Pemuda), kami mencoba mengenang jasa-jasanya dan akan kami perjuangkan menjadi Pahlawan Nasional," kata Roy.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya