Empat Bulan, 25 Penembakan Misterius, Penangkapan Nihil

Lokasi penembakan polisi di Ciputat, Tangerang.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
VIVAnews
Golkar Tepis Isu Istri Ridwan Kamil Mundur dari Bursa Pilkada Kota Bandung
- Indonesia Police Watch (IPW) mengeluarkan data, selama empat bulan terakhir terjadi 25 kasus penembakan misterius di seluruh wilayah Indonesia. Dalam tiga bulan ada delapan kali penyerangan pada polisi. Enam polisi ditembak, satu polisi dirampok saat bertugas dan satu lagi rumah polisi ditembaki. Ironisnya hingga kini tidak satupun pelakunya tertangkap.

Rektor UNU Gorontalo Resmi Dilaporkan Polisi atas Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Menurut IPW, ini jadi pekerjaan rumah Kapolri baru. Calon Kapolri, Komjen Pol, Sutarman mengakui tanggung jawab pengungkapan ini. "Kasus penembakan anggota menjadi target saya selanjutnya. Ini belum selesai dan akan kami tangani," katanya di Tangerang Selatan, Rabu 9 Oktober 2013.
5 Fakta Mengerikan Timnas Indonesia Usai Singkirkan Korea Selatan di Piala Asia U-23


Ia menjelaskan terus bekerja untuk mengungkap semua ini. "Masih ada upaya yang menghalang-halangi pengungkapan kasus penembakan ini," ungkapnya. Namun saat ditanya siapa yang menghalang halangi ia tidak bersedia menjelaskan.


Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri ini mengatakan, polisi mengidentifikasi pelaku penembakan adalah kelompok teroris. "Ada perubahan target. Selama ini target mereka itu adalah asing, tetapi karena ditangkap oleh polisi dan merasa dihalangi polisi kemudian dijadikan target mereka," ungkapnya.


Dari hasil analisis ini, Sutarman menganggap sebagai sebuah kewajaran korpsnya menjadi sasaran tembak kelompok teroris. "Upaya yang kami lakukan membekali diri anggota kami. Mereka harus responsif apabila diserang," katanya.


Sebelumnya Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengatakan sosok Sutarman bukan figur yang ideal untuk menjadi Kapolri menggantikan Timur Pradopo. Ia dianggap tidak mampu mengungkap banyak kasus penembakan. Pendapat ini didasari pada jabatan Sutarman sebagai Kabareskrim, Mabes Polri saat ini.


Kasus penembakan ini sangat membuat masyarakat resah. Aksi penembakan terhadap polisi yang semula terjadi di wilayah pinggiran dan kini mulai bergeser ke pusat ibukota menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi banyak pihak. Jika aksi penembakan ini tidak segera diungkap masyarakat semakin tidak percaya lagi bahwa Polri akan mampu menjaga keamanan warga.


"Wong menjaga keamanan dirinya saja tidak mampu. Selain itu, jika kasus ini tidak terungkap tentu akan membuat keluarga korban merasa terzalimi rasa keadilannya. Mengungkap kasus penembakan ini juga berdampak pada citra Bareskrim yang dipimpin Komjen Sutarman saat ini," katanya.


Pelajar Ditembak


Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengklaim, penembakan terhadap warga Waget Kabupaten Deiyai yang terjadi beberapa waktu lalu, yang mengakibatkan tewasnya salah seorang pelajar, sudah sesuai dengan prosedur Kepolisian.


"Penembakan itu dilakukan secara terpaksa, karena anggota pada saat itu dalam kondisi terdesak diserang oleh ratusan massa dengan batu, parang, tombak dan panah, jadi itu untuk membela diri," kata Kapolda kepada wartawan, Rabu 9 Oktober.


Menurut Kapolda, sesuai dengan KUHP, jika Polisi dalam keadaan terpaksa, dapat mengambil tindakan atau langkah-langkah  pembelaan diri. "Secara hukum pasal 40 KUHP, Polisi dalam keadan terpaksa boleh melakukan tindakan dengan mengerahkan kekuatan yang mematikan,"tandasnya.


Kata Kapolda, kondisi saat penembakan memang sangat genting, di mana 300 orang menyerang 30-an anggota Polisi dan TNI. "Kondisinya sangat tak seimbang sehingga langkah yang diambil adalah langkah terpaksa," katanya.


Mengenai korban yang tertembak yakni seorang pelajar SMA, kata Kapolda, bukan salah sasaran. "Sesuai laporan anggota di lapangan, pelajar yang tertembak bukan salah sasaran, tapi dia ikut bergabung dalam massa dan melakukan penyerangan terhadap anggota."


Meski demikian, kata Kapolda, ia mengimbau kepada seluruh Kapolres, kedepannya untuk lebih persuasif dalam menangani permasalahan terutama penyakit masyarakat. "Memang perlu koreksi kedepan, meminta Kapolres agar lebih kedepankan langkah persuasif dulu dalam menangani segala persoalan, sebelum mengambil tindakan hukum. Persuasif dalam hal ini, lebih dulu mengajak bupati, tokoh agama, adat dan masyarakat duduk bersama menyamakan persepsi sebelum bertindak,"tukasnya.


Jenderal berbintang dua itu menuturkan, kasus penembakan Waget dipicu imbauan Polisi kepada masyarakat, untuk menghentikan aksi perjudian dan menenggak minuman keras. Rupanya hal itu tidak diterima masyarakat sehingga mereka melawan dengan menyerang aparat. "Ada permintaan dari Bupati, tokoh masyarakat, untuk tertibkan sejumlah penyakit masyarakat, sehingga Polisi melaksanakan aksi,  tapi masyarakat tidak terima dan melawan," terangnya. (sj)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya