Kisah Mun’im Idries Soal Racun Arsenik Pembunuh Munir

Mengenang kematian Munir
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews – Ahli forensik RSCM Abdul Mun’im Idries wafat karena komplikasi penyakit kanker pankreas, jantung, dan diabetes di usia 66 tahun Jumat dini hari tadi, 27 September 2013. Selama berkarier di bidang forensik, Mun’im banyak menangani kasus kematian penting yang menyedot perhatian publik negeri ini.

Analisis Metabolisme Tubuh dan Kebutuhan Nutrisi Lewat Tes DNA

Salah satu kasus yang diselidiki ahli forensik itu adalah pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib yang hingga kini belum sepenuhnya terungkap. Polri lah yang melibatkan Mun'im untuk menganalisis penyebab kematian Munir. Mun’im sempat terkejut ketika mengetahui Munir diracun dengan arsenik. Menurut dia, kasus keracunan arsenik biasanya tak sampai 10 persen.

“Cara membunuh dengan arsenik sangat pintar. Hingga kini belum diketahui persis bagaimana cara si pembunuh mencekoki Munir dengan arsenik sehingga dia meninggal,” kata Mun’im dalam peluncuran bukunya Indonesia X-Files, Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno sampai Kematian Munir di Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 27 Juni 2013.

Munir tewas di usia yang cukup muda, 38 tahun, di pesawat Garuda Indonesia dalam penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam, 7 September 2004. Munir yang terbang ke Belanda untuk melanjutkan studi S2 bidang hukum di Universitas Utrecht, tak pernah sampai ke negeri kincir angin itu. Ia tewas di langit Rumania.

Ketika itu polisi meyakini Munir diracun di dalam pesawat. Polisi sempat menyimpulkan bahwa racun arsenik yang menyebabkan Munir terbunuh, dimasukkan ke dalam mi goreng yang disajikan untuk Munir di pesawat. Hakim malah berpendapat racun itu dituangkan ke dalam jus jeruk yang diminum Direktur Eksekutif Imparsial itu.

Namun Mun’im membantah teori arsenik dimasukkan ke dalam jus, karena menurutnya arsenik pasti mengendap dalam air dingin, bukannya larut. Efek arsenik pun, setelah melalui rangkaian tes, baru bisa dirasakan dalam 30 menit. Berpatokan pada itu, penyelidikan kembali dilakukan dan diambil kesimpulan baru bahwa Munir tidak dibunuh di atas pesawat, melainkan di Bandara Changi, Singapura.

Di Changi, Munir diketahui diajak minum di Coffee Bean oleh sang pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto. Selanjutnya setelah mengumpulkan informasi, diketahui lebih lanjut bahwa Munir mengeluh sakit perut dan meminta obat maag. Sampai akhirnya Munir muntah, kejang-kejang, dan meninggal di atas pesawat.

Pollycarpus yang sebelumnya sempat dibebaskan oleh Mahkamah Agung pun akhirnya ditahan kembali dan divonis 20 tahun penjara. Mun’im ketika itu mengkritik Tim Pencari Fakta (TPF) kasus Munir yang dibentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut Mun’im TPF tidak serius bekerja. Indikasi ketidakseriusan itu, ujar Mun’im, terlihat pada rapat pertama TPF yang dipimpin oleh Wakil Direktur Tindak Pidana Korupsi Mabes Polri. “Sangat tidak nyambung, karena kasus Munir ini perkara pembunuhan, bukan korupsi,” kata dia. (sj)

Elite Gerindra Sebut Polri Sudah "On the Track" Tangani Kasus Firli Bahuri
Sekjen Golkar Lodewijk Freidrich Paulus bersama Koalisi Indonesia Maju

Pimpinan Golkar di Daerah Minta Airlangga Dipilih secara Aklamasi di Munas, Menurut Sekjen

Sekretaris Jenderal Partai Golkar menyebut para ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) tingkat I meminta Airlangga Hartarto dipilih secara aklamasi di Munas pada Desember.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024