Survei: Perempuan Dominasi Wisman ke Bali

Wisata libur lebaran
Sumber :
  • ANTARA/Nyoman Budhiana
VIVAnews - Pengunjung Bali didominasi turis perempuan. Mereka adalah perempuan berusia produktif, yaitu 15- 64 tahun. Survei  Bank Indonesia menemukan bahwa wisatawan mancanegara dalam kategori itu mencapai 52,08%.
Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Anies Ungkit Pilpres 2024 Banyak Catatan

"Angka ini cukup siginifkan dan perlu mendapatkan respon yang baik bagaimana cara kemasannya," kata Pimpinan Bank Indonesia (BI) Cabang Denpasar, Dwi Pranoto, saat merilis survei di Bali, 28 Agustus 2013.
Rukun Raharja Cetak Laba Bersih US$8 Juta di Kuartal I-2024

"Mungkin kelompok ini suka belanja, suka tantangan dan sebagainya. Jadi perlu ditindaklanjuti oleh pelaku industri pariwisata di Bali." 
Global Action Needed to Protect Children from Lethal Explosive Weapons

Data lain yang cukup menjanjikan adalah Bali menyumbang 35,60% dari 19 pintu masuk utama wisman ke Indonesia. Dari 19 pintu utama masuk ke Indonesia, wisman yang datang ke Bali adalah yang terbanyak, kemudian diikuti Bandara Soekarno-Hatta,  Bandara Hang Nadim dan Pelabuhan Laut Batam. Diharapkan besarnya kontribusi pintu masuk Wisman via Bali ini dapat menimbulkan dampak kunjungan ke beberapa daerah lainnya seperti Gili dan Lombok di NTB, Banyuwangi, Surabaya, Malang, hingga Yogyakarta.

Bank Indonesia (BI) Cabang Denpasar menggelar survei untuk melihat perilaku wisatawan mancanegara. Survei itu digelar mulai dari Mei hingga Agustus 2013. Jumlah responden yang dijadikan sampel lebih dari 2.000 orang dari berbagai negara di dunia. 

Dari keseluruhan wisman yang menjadi responden survei, sebanyak 55,26% berprofesi sebagai profesional, manajer bisnis dan eksekutif. 10,90% sebagai pekerja teknis seperti sales, teknisi, klerikal, administrator, dan hanya 10,20% sebagai mahasiswa atau pelajar.

"Ini harus menjadi perhatian juga bagi para pelaku pariwisata di Bali, di mana wisatawan yang datang ke Bali itu wisatawan yang berkualitas, berduit, dan seterusnya," katanya.

"Makanya, kemasannya tidak perlu kuantitas, tetapi kualitas, karena kalau hanya kuantitas hanya akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar ketimbang positifnya." (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya