Kapal Imigran Gelap Tenggelam, PM Kevin Rudd Telepon SBY

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama PM Australia Kevin Rudd
Sumber :
  • REUTERS/Enny Nuraheni
VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, kembali membahas kerjasama bilateral dalam penanganan kejahatan lintas negara, utamanya penyelundupan manusia. Pembicaraan dilakukan melalui sambungan telepon pada Kamis pagi, 25 Juli 2013.
Live World Boxing Welter Super WBO dan WBC, Tszyu vs Sebastian Fundora Tayang Akhir Pekan di tvOne

Ini menyusul kembali adanya kapal pengangkut imigran gelap yang tenggelam di Pantai Jayanti, Kecamatan Cidaun, Cianjur Selatan, Jawa Barat, Rabu 24 Juli 2013, yang mengakibatkan 11 orang meninggal dunia, dua luka, dan 158 lainnya terlunta-lunta.
Daftar Tempat Charging Mobil Listrik di Tol Trans Jawa saat Mudik Lebaran 2024

"Presiden menggarisbawahi bahwa penyelundupan manusia merupakan masalah yang tidak saja menyangkut kepentingan masing-masing negara, namun juga menjadi kepentingan bersama di kawasan," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah dalam keterangan persnya.
Meet Nicole Shanahan, VP Candidate of the United States
 
Faizasyah mengatakan, kedua negara telah memiliki kerjasama yang baik dalam penanganan masalah ini. Secara bilateral, di antaranya melalui kerjasama antara aparat penegak hukum kedua negara, dan secara regional melalui Bali Process.
 
"Dalam kaitan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggarisbawahi arti penting dan urgensi Special Conference on the Irregular Movement of Persons di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2013," ujarnya.
 
Sebelumnya, dalam kunjungan kenegaraan Kevin Rudd ke Istana Bogor beberapa waktu lalu, masalah penanganan penyelundupan manusia ini telah dibahas. Mereka sepakat untuk meminta negara asal para imigran gelap untuk ikut bertanggungjawab atas masalah ini.

Kapal yang membawa ratusan imigran gelap itu terhempas ombak besar hingga membuat kapal pecah. Kapal diduga membawa muatan melebihi kapasitas. Standarnya 150 orang, namun memuat penumpang lebih dari itu.

Para imigran gelap tersebut, berasal dari Sri Lanka, Bangladesh, Iran, Irak dan Bahrain dengan tujuan menyeberang ke Australia. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya