SBY: Negara Tak Boleh Lagi Otoriter

Buka Puasa Bersama Presiden SBY
Sumber :
  • FOTO ANTARA/Andika Wahyu
VIVAnews
Akui Umat Muslim Berkontribusi Besar Bagi Negara, PM Georgia Adakan Bukber
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bicara soal refleksi 15 tahun reformasi dan tahun-tahun setelahnya dalam acara buka puasa bersama di Istana Negara, Jakarta, Selasa 16 Juli 2013. Ia menyampaikan lima butir refleksi soal reformasi yang ia pandang sebagai titik awal proses perubahan negara Indonesia.

Government Targets on Acquiring 61 Percent Freeport Share

Ia minta seluruh komponen bangsa sadar bahwa setelah 15 tahun harus dilakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan. "Karena kita tidak ingin terjadi koreksi besar lagi, sebagaimana yang terjadi pada tahun 1966 atau 1998, tidak perlu kita melakukan yang revolusioner seperti itu lagi," ujar SBY.
4 Moscow Terrorists Under the Influence of Drugs

 

SBY ingin melihat apakah demokrasi, stabilitas, dan pembangunan itu merupakan tiga hal yang bisa hidup berdampingan dengan damai serta membangun ke arah yang lebih baik. Ia memandang, baik setelah masa krisis ditahun 1998 atau sekarang, apakah penggunaan kebebasan yang keliru dan kepatutan yang rendah dapat mengganggu stabilitas publik dan perekonomian.


"Ada pandangan mulai muncul 1-2 tahun ini karena mereka tidak suka kalau di exercise dan freedom dibawa ke sana ke mari, tetapi mereka rindu pada sistem yang teratur. Tetapi mereka sebut kembali sistem yang otoritarian yang tidak kacau, meski saya juga tidak setuju," kata dia.


SBY terang-terangan menyebutkan ia tidak setuju dengan sistem semi otoritarian. Ia menilai, dulu negara ini mungkin memang membutuhkan sistem otoritarian, namun saat ini tentu berbeda karena Indonesia kini mengandalkan hukum yang efektif dan kuat.


Maknanya apa, jikalau ada pelanggaran hukum yang tegas dan kepolisian melakukan tindakan jangan dianggap hukum yang represif dan melanggar HAM.
"We have to choose.
Seolah-olah itu melanggar HAM dan kembali ke era dulu. Mari kita berpikir. Artinya bukan sesuatu yang elusif sambil melakukan perubahan di sana sini," tuturnya.


SBY pun menyinggung soal hubungan negara, pemerintah dan masyarakat. Menurutnya, negara tidak perlu menggunakan model otoritarian untuk mengatasi sejumlah masalah, termasuk konflik komunal beragama. Kehidupan berbangsa harus menjalankan budaya baik sehingga menjadi
the good society
.


"Lima belas tahun sudah kita lewati. Lima belas tahun ke depan seperti apa. Ini bangsa kita sendiri. Kita bisa belajar ke Eropa, Amerika, tetapi kita harus memilih apa yang harus kita pilih," kata SBY. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya