Setelah Ditembak Polisi, Pria Ini 7 Tahun Hidup di Kursi Roda

Korban penembakan polisi
Sumber :
  • VIVAnews/Arjuna Nusantara
VIVAnews
Perkuat Ukhuwah, KEIND Ingin Berkontribusi Lebih untuk Negara
- November 2006 menjadi awal lumpuhnya masa depan Iwan Muliadi, 25 tahun. Timah panas revolver polisi telah membuat aktivitas Iwan terbatas hanya di kursi roda.

Awas Kehabisan! Pendaftaran Mudik Gratis Moda Bus Kembali Dibuka, Kuota 10.000 Orang

Peristiwa bermula ketika ada seorang warga menuduh Iwan telah melempari rumahnya. Warga melaporkan kepada seorang anggota polisi, Bripda Nofrizal. Nofrizal kemudian mencari Iwan.
Banyak yang Mudik H-4, Menhub Minta Maskapai Berikan Promo di H-10


Tepat tengah hari, Nofrizal menemukan Iwan di pondok kebun nilamnya yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumah Iwan. Iwan yang sedang istirahat bersama dua temannya langsung ditembaki. "Tidak ada apa-apa, saya tidak melawan, tiba-tiba saya langsung ditembak," kata Iwan.


Peluru masuk di antara rusuk dan pinggul bagian kiri. Timah panas itu hampir tembus di bagian kanan atas dadanya. Tidak langsung dikeluarkan. Amunisi tersebut sempat tidur di sebelah jantungnya tiga minggu. Itu disebabkan tidak ada yang mau membiayai rumah sakit.


Pada hari ke 21, baru peluru itu diangkat. Dengan didampingi Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Padang, keluarga melaporkan kasus ini. "Setelah diproses, persidangan hanya memberi vonis 1 tahun 5 bulan," kata Sahnan Sahuri Siregar, advokat dari PBHI yang mengawal kasus tersebut kepada VIVAnews, Rabu.


Di pengadilan, Iwan sebenarnya mendapat kompensasi dari pihak kepolisian Rp300 juta. Namun hingga sekarang, Iwan belum menerima sepersen pun. "Pengadilan belum juga mengeksekusi putusan. Akibatnya, Iwan tidak bisa berobat maksimal," kata Sahnan.


Kini, kaki Iwan makin mengecil. Badannya pun semakin kurus. Jangankan untuk berjalan, menggerakkan tangan dan badannya saja kesulitan. Bahkan, lidah pemuda ini terkesan kelu saat berbicara.


"Ya, sekarang saya tidak bisa berbuat apa-apa. Ganti rugi yang semestinya dibayar polisi tidak kunjung datang," kata Iwan.


Dia berharap, kepolisian memberikan haknya. "Berikanlah keadilan kepada orang kecil seperti saya ini."


Untuk memperjuangkan haknya, Iwan ikut Solidaritas Masyarakat Peduli Korban Penyaniayaan dengan melakukan aksi damai dalam rangka Hari Anti Penyiksaan Sedunia, 26 Juni. Dengan kursi rodanya, ia ikut long march dari Kantor Komisi Hak Asazi Manusia Sumbar sampai ke depan Kantor Polda Sumbar di Jalan Sudirman.


Tidak tanggung-tanggung, Iwan rela membuka bajunya di bawah terik, memperlihatkan kepada masyarakat dan insan pers bekas tembakan itu. Kemejanya baru dipasang setelah aksi usai sekitar pukul 14.00.


Dalam aksi itu, Iwan hanya mendapat ucapan, "semoga Iwan sehat-sehat saja" dari seorang polisi yang ikut mengamankan aksi waktu itu. Kapolda yang diminta turun, tak kunjung datang hingga aksi berakhir.


"Yah, peluru pistol polisi itu tidak hanya melumpuhkan badan Abang, tapi juga melumpuhkan cita-cita dan masa depannya," kata Desi, adik perempuan Iwan. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya