Ini Pidato SBY Saat Terima World Statesman Award

Presiden SBY menerima World Statesman Award
Sumber :
  • REUTERS/Eduardo Munoz
VIVAnews
Shin Tae-yong Galau Harus Hadapi Negara Sendiri
– Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima anugerah negawaran dunia (
world statesman award
Panduan Singkat Terlindungi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
) di markas Appeal of Conscience Foundation
Kemenkominfo Mengadakan Talkshow Chip In “Waspada Rekam Jejak Digital di Internet”
(AoCF) kota New York, Amerika Serikat, Kamis malam waktu setempat 30 Mei 2013, terlepas dari hujan kritik yang ditujukan terhadap dirinya terkait penghargaan tersebut.

Dalam pidato sambutannya, SBY mengatakan sejak hari pertama merdeka, Indonesia punya cita-cita menjadi bangsa yang bersatu dalam perbedaan. “Kami adalah salah satu bangsa yang majemuk, tempat tinggal bagi seperempat miliar manusia yang menganut lima agama utama di dunia, dan tersebar di lebih dari 17.000 pulau,” kata dia.


Menurut SBY, Indonesia telah menempuh jalan panjang untuk mewujudkan visi harmonis tersebut. Namun ia mengakui, tak mudah untuk melakukannya. “Kami masih tetap menghadapi sejumlah tantangan. Kantong-kantong intoleransi dan riak radikalisme tetap ada. Konflik komunal masih mudah tersulut. Sensitivitas keagamaan kadangkala menimbulkan perselisihan,” ujar dia.


Namun, kata SBY, ia yakin persoalan-persoalan itu tak hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia, tetapi merupakan fenomena global. Untuk itu menurutnya, masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan untuk menanggulangi berbagai permasalahan tersebut.


“Kami tidak akan mentolerir setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh kelompok manapun dengan mengatasnamakan agama. Kami tidak akan membiarkan penodaan tempat-tempat ibadah agama manapun atas alasan apapun. Kami akan selalu melindungi kaum minoritas dan memastikan tidak ada yang terdiskriminasi. Kami akan memastikan bahwa mereka yang melanggar hak-hak orang lain akan diganjar hukuman yang setimpal,” janji SBY.


Presiden SBY mengatakan, penghargaan yang ia terima itu bukan ditujukan bagi dirinya semata, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. “Saya berharap dapat terus menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera,” kata dia.


Minoritas masih tertindas


Apapun, kritik berdatangan dari banyak kalangan. Kritik pertama dilayangkan oleh profesor filsafat Romo Franz Magnis-Suseno. Romo Magnis melayangkan surat langsung kepada AoCF dan mempertanyakan dasar pemberian penghargaan bagi SBY. Dalam suratnya itu, Franz menilai rencana pemberian penghargaan kepada SBY hanya akan mempermalukan organisasi itu sendiri.


Kritik lainnya dilayangkan oleh kelompok
Human Rights Watch
(HRW) yang menyatakan tindakan penyerangan terhadap kaum minoritas di Indonesia masih tergolong tinggi. Dalam laman
Times of Israel
, mereka mengatakan bukti kegagalan pemerintah RI terlihat dari masih adanya tindak kekerasan terhadap umat Kristiani, Muslim Syiah, dan pengikut Ahmadiyah.

 

“Tujuan dari organisasi AoCF yaitu ingin menjadi sebuah organisasi yang mempromosikan toleransi beragama. Namun fakta sederhana telah membuktikan bahwa SBY tidak melakukan hal itu,” ujar Direktur Advokasi HRW, John Sifton. (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya