"Partai Bermasalah Sulit Menang dalam Pilkada"

Bibit Waluyo memberikan suaranya di TPS Gajahmungkur
Sumber :
  • VIVAnews/Puspita Dewi
VIVAnews
Ten Hag Bawa 3 Pemain Man Utd U-18 ke Tim Senior
- Tema korupsi dan mensejahterakan rakyat menjadi jualan partai-partai politik untuk memenangkan kandidatnya dalam pemilihan gubernur  di berbagai daerah. Tapi, ada kesulitan untuk partai-partai yang memiliki kader koruptor untuk menyuarakan hal itu.

Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp100 Juta Jadi Tersangka

Menurut Ardian Sopa, Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Minggu 26 Mei 2013, banyaknya partai yang menyatakan dukungannya untuk ikut memberantas korupsi kini justru seringkali dipertanyakan kesungguhannya.
Freeport Boss Meets Jokowi to Discuss Mining Contract Extension


"Masyarakat akan berpikir lagi, benar atau tidak calon dari Partai Demokrat, misalnya, tidak melakukan tindakan korupsi. Pada kenyataannya adalah mantan petinggi Partai Demokrat melakukan korupsi," kata Ardian Sopa kepada
VIVAnews
di Kantor LSI.


Ia menambahkan, ada perbedaan kekuatan antara partai yang melakukan tindakan korupsi dan tidak korupsi.


Partai yang tidak melakukan korupsi akan lebih mudah menekan strukturnya untuk mendukung calon-calon gubernur. Berbeda dengan partai yang melakukan korupsi, tentu kadernya akan memastikan calonnya dulu sebelum memberikan dukungan.


Dukungan dari kader-kader partai politik juga berpengaruh. Contohnya, pada Pemilihan Gubenur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah. Pasangan Incumbent Bibit Waluyo dan Sudijono Sastroatmojo yang diusung partai Golkar, Demokrat, dan PAN, hanya berhasil sampai di peringkat dua di Quick Count LSI dengan perolehan nilai 30,09 persen.


Sosok Bibit Waluyo yang memiliki keunggulan sebagai incumbent ternyata kalah dari Ganjar Pranowo dalam hal memberikan perubahan yang lebih baik bagi Jawa Tengah.


"Meskipun banyak prestasi yang sudah ditorehkan oleh Bibit Waluyo, tapi masyarakat sudah tidak memberinya kesempatan untuk memimpin kembali," kata Ardian Sopa.


Ardian Sopa juga menjelaskan, figur partai adalah sesuatu yang beriringan. Figur yang kuat akan semakin maksimal jika didukung partai yang kuat.


Dalam konteks pemilihan Gubernur Jawa Tengah, kekalahan pasangan-pasangan yang didukung oleh partai-partai yang terlibat tindak korupsi perlu penelitian lebih lanjut.


Pasangan Hadi Prabowo-Don Murdono yang diusung partai PKS, Gerindra, PPP, Hanura, PKB, dan PKNU mendapat perolehan Quick Count 20,56 persen dan tidak terlalu jauh dari pasangan incumbent. "Hasil ini bisa dibilang suatu kesuksesan bagi pasangan tersebut," ujar Ardian Sopa.


Kekalahan pasangan Hadi Prabowo-Don Murdono bukan dikarenakan salah satu partai yang mendukungnya sedang bermasalah, tapi juga disebabkan sosoknya yang kurang menjual di masyarakat.


"Jadi balik lagi, figur partai juga menjadi penentu kemenangan partainya," ungkap Ardian Sopa. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya