Sumber :
- ANTARA/Izaac Mulyawan
VIVAnews
- Ada-ada saja upaya menang dalam pemilihan kepala daerah. Di Seram Bagian Barat, guru-guru dikerahkan menyuruh wali murid untuk memilih calon tertentu di Pemilihan Kepala Daerah Maluku. Jika tak dipilih, anak mereka terancam tak naik kelas.
Guru-guru menaati karena calon merupakan kepala daerah setempat. Guru-guru pun beraksi di depan kelas, meminta anak didiknya menyuruh orang tua memilih pasangan calon yang merupakan atasan mereka itu.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Guru-guru menaati karena calon merupakan kepala daerah setempat. Guru-guru pun beraksi di depan kelas, meminta anak didiknya menyuruh orang tua memilih pasangan calon yang merupakan atasan mereka itu.
“Guru di sana sudah terang-terangan menggiring siswa terlibat dalam politik praktis. Anak-anak kami diancam dan diintimidasi oleh gurunya untuk memilih (calon tertentu),“ kata salah satu wali murid, Minggu 18 Mei 2013.
Ancaman bukan saja untuk para siswa yang mengikuti UN, tapi beberapa siswa yang orang tuanya terlibat tim sukses pasangan lain. “Bapa guru bilang katong (kita) harus pilih, kalau seng (tidak), katong tarnae (tidak naik) kelas," kata sumber tersebut mengutip pembicaraan anak-anak mereka saat menyampaikan pesan itu kepada orang tua mereka.
Untuk diketahui, belum lama ini Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI Nasrullah mengingatkan para guru dan tenaga PNS lainnya agar tidak telibat sebagai tim sukses, sebab hal itu bertentangan dengan aturan yang berlaku. Jika ada yang terlibat maka sanksi tegas akan diberikan oleh Bawaslu terhadap oknum PNS yang kedapatan melibatkan diri secara aktif dalam politik.
"Cukup satu alat bukti saja langsung kami tindak, setiap laporan masyarakat akan menjadi temuan Bawaslu di seluruh daerah. Kalau ada temuan, kami akan langsung bergerak dan menindaklanjutinya secara mudah. Asalkan masyarakat mendukun," ucap Nasrullah dalam satu kesempatan pelatihan di Kota Ambon belum lama ini.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
“Guru di sana sudah terang-terangan menggiring siswa terlibat dalam politik praktis. Anak-anak kami diancam dan diintimidasi oleh gurunya untuk memilih (calon tertentu),“ kata salah satu wali murid, Minggu 18 Mei 2013.
