- ANTARA
VIVAnews - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane menilai bahwa polisi sangat mengedepankan arogansi dalam penangkapan Aiptu Labora Sitorus di halaman parkir Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Sabtu 18 Mei 2013.
Menurut Neta, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, Minggu 19 Mei 2013, penangkapan itu tidak sesuai etika. Sebab, Labora baru saja mengadukan kasusnya ke institusi pengawas kepolisian tersebut.
"Kepada anggotanya saja, Polri arogan dan tak beretika, apalagi kepada masyarakat," ujarnya.
Meskipun demikian, Neta bisa memahami tindakan Polri yang meringkus Labora di kantor Kompolnas yang masih merupakan kawasan Polri, yakni Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
"Jadi, Kompolnas tidak bisa protes terhadap Polri. Ini adalah kesalahan Kompolnas, karena berkantor di kawasan dan fasilitas Polri," kata dia.
Neta berharap Polri serius menuntaskan kasus Labora Sitorus dengan mengusut asal usul uang Rp1,5 triliun dalam rekening dan mengungkap aliran dana itu, termasuk jika ada yang mengalir ke atasan yang menjadi pelindung dibelakangnya.
Dia meyakini seorang bawahan seperti Labora tidak mungkin berani berbisnis tanpa diketahui atau berkordinasi dengan kalangan atasan. "Pengusutan harus dipertajam ke arah pencucian uang, sehingga Polri harus segera menyita semua kekayaan LS. Sama seperti KPK menyita semua kekayaan Irjen DS," kata Neta.
Seperti diketahui, anggota Polres Raja Ampat, Aiptu Labora Sitorus ditangkap paksa oleh institusinya sendiri, Polri, usai menemui Kompolnas di Jakarta, Sabtu malam 18 Mei 2013. Baca alasan Polri menangkap Labora di . (asp)