Sumber :
VIVAnews -
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof Dr Edy Suandi Hamid menyayangkan aksi kekerasan yang dipertontonkan langsung oleh televisi dalam penggerebekan teroris di sejumlah tempat, dua hari terakhir ini.
Aksi penggerebekan teroris oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 itu dinilainya sangat membahayakan. Televisi dianggap sengaja membuka ruang kepada warga untuk menonton aksi kekerasan. "Ini penggerebekan teroris atau tayangan entertainment ?” tanya Edy, Jumat 10 Mei 2013
Baca Juga :
Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial
Aksi penggerebekan teroris oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 itu dinilainya sangat membahayakan. Televisi dianggap sengaja membuka ruang kepada warga untuk menonton aksi kekerasan. "Ini penggerebekan teroris atau tayangan entertainment ?” tanya Edy, Jumat 10 Mei 2013
Melalui menonton tersebut, anak-anak bisa terpengaruh dalam pembentukan kepribadiannya. Mereka diperlihatkan secara langsung aksi kekerasan bersenjata dari teroris dan polisi. "Ini mendidik sadisme," ujarnya.
Prof Edy menyebutkan, kasus serupa pernah dipertunjukkan pula ketika Densus 88 menggerebek Dr Azahari di Temanggung. Bahkan, sepanjang malam, televisi swasta memutar ulang seolah-olah aparat tengah menembak, melempar gas dan bom ke sasaran di rumah persembunyian Azahari.
Sementara penggerebekan teroris di Cigondewah, Bandung, Selasa lalu cenderung lebih ke
show of war
karena melakukan operasi menembak mati teroris dengan cara menayangkan langsung di televisi. Membuka akses publik ke target sasaran persembunyian teroris, kata dia, bisa menimbulkan risiko bagi masyarakat.
Penyergapan aksi terorisme seharusnya lebih tersetruktur, punya SOP yang jelas dan bisa menghasilkan sasaran optimum serta meminimalisir korban. "Kecuali benar-benar terpaksa,” ujar Edy. (umi)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Melalui menonton tersebut, anak-anak bisa terpengaruh dalam pembentukan kepribadiannya. Mereka diperlihatkan secara langsung aksi kekerasan bersenjata dari teroris dan polisi. "Ini mendidik sadisme," ujarnya.